Wednesday, December 4, 2019

BI Klaim Inflasi Kota Tasikmalaya Terendah di Jawa dan Bali

Inflasi Kota Tasikmalaya didorong oleh kenaikan harga bawang merah dan beras.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bank Indonesia (BI) merilis indeks harga konsumen Kota Tasikmalaya pada November 2019, yang mengalami inflasi sebesar 0,07 persen (mtm). Angka itu merupakan yang paling rendah di Jawa dan Bali.

Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya, Heru Saptaji mengatakan, di tingkat provinsi inflasi Jawa Barat tercatat 0,22 persen (mtm). Sementara inflasi Nasional tercatat 0,14 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya November 2019 adalah 1,38 persen (ytd). 

"Adapun secara tahunan, Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 1,64 persen (yoy), terendah di Jawa-Bali dan terendah dalam 10 tahun terakhir," kata dia dalam keterangan resminya, Rabu (4/12).

Ia menyebutkan, inflasi di Kota Tasikmalaya pada November 2019 terutama berasal dari kenaikan harga bawang merah. Serupa dengan kondisi nasional, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh menurunnya pasokan karena sisa pasokan dari panen kuartal III sudah menipis dan memasuki musim hujan sehingga meningkatkan risiko gagal tanam. 

Selain itu, lanjut dia, harga daging ayam ras juga meningkat akibat terbatasnya pasokan setelah program pemusnahan (culling program) DOC dari Direktorat Pertenakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, pada September lalu. Sementara permintaan meningkat menjelang akhir tahun.

Terakhir, Heru menambahkan, harga beras mulai merangkak naik karena stok berkurang akibat periode musim tanam. Di sisi lain, tekanan kenaikan harga tertahan oleh normalisasi harga aneka cabai, yaitu cabai merah, cabai rawit, dan cabai hijau, karena mulai tercukupinya pasokan di pasar. 

"Selain itu harga jengkol dan petai juga masih menurun karena permintaan yang rendah. Di luar kelompok bahan makanan, harga emas perhiasan juga sudah mengalami penurunan seiring dengan tren harga emas dunia yang menurun," kata dia.

Ia memperkirakan pada Desember 2019 akan terjadi inflasi. Secara historis, inflasi didorong oleh kenaikan konsumsi rumah tangga pada akhir tahun dan kenaikan konsumsi pemerintah untuk penyelesaian proyek pembangunan. Secara spesifik, menurut dia, risiko tekanan inflasi berasal dari bahan makanan, yaitu beras, telur dan daging ayam ras, karena peningkatan permintaan pada akhir tahun.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/33JqomI
December 05, 2019 at 07:30AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/33JqomI
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment