REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sebanyak dua orang ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia akibat tak sempat beristirahat selama proses pencoblosan dan penghitungan suara di TPS. Fransiskus Asis Ismantara (52 tahun) meninggal dunia karena kelelahan menyelesaikan proses penghitungan suara hingga Kamis (18/4) dini hari. Ia memaksakan diri untuk tidak beristirahat demi memastikan proses perhitungan suara TPS 031 di Kelurahan Bojong Rawalumbu, Rawalumbu bisa selesai. Bahkan ia langsung mengantarkan formulir C1 atau rekapitulasi hasil suara ke kelurahan.
Ismantara memang berperan sebagai ketua KPPS TPS 031. Selain itu proses pemungutan suara juga dilangsungkan di rumahnya di Jalan Manggis, RT 7 RW 2, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Rawalumbu, Kota Bekasi. Adik ipar korban, Maria Yuli (41) menyebutkan, kematian sang kakak karena tak beristirahat sama sekali sejak pemungutan suara dimulai pada Rabu pagi.
"Dia sampai perhitungan suara selesai jam 1 atau jam 2 gak ada tidur sama sekali, terus pagi sudah mulai ngeluh sakit dadanya," kata Yuli di depan rumah sang kakak, Jumat (19/4).
Namun, kata Yuli, kakak iparnya itu tidak mau dibawa ke rumah sakit ataupun dipanggilkan dokter ke rumah. Iswantara hanya meminta istrinya untuk mengerok punggungnya karena sakit di dadanya itu sudah sampai ke bagian punggung pada Kamis pagi itu.
Akhirnya, pada Jumat (19/4) pukul 03.00 WIB barulah Iswantara mau dilarikan ke Rumah Sakit St Elisabeth Rawalumbu. Namun nyawanya tak tertolong, pukul 04.40 ia pun meninggal dunia.
Kabar duka tak hanya datang dari Kelurahan Bojong Rawalumbu, suasana duka juga menyelimuti rumah Ahmad Selahudin (42) pada Kamis (18/4) siang. Salahudin selaku ketua KPPS 081 di RT 03 RW 10, Kelurahan Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi meninggal dunia akibat kecelakaan sepeda motor pada Kamis pagi. Kala itu, ia baru saja menyelesaikan proses penghitungan suara dan mengantarkan formulis C1 ke Kelurahan.
Salahudin belum sempat beristirahat sejak proses pemungutan suara dimulai dan hendak mengantarkan sang anak menuju sebuah pesantren di daerah Depok. Dia menambahkan, kondisi Salahudin saat berkendara memang kurang baik, dia diduga mengantuk karena belum tidur demi menghitung surat suara TPS 081.
"Jadi adik saya berangkat dari rumah abis subuh, sekitar jam 5 lewat, posisinya itu dia abis antar surat suara ke kelurahan, langsung berangkat antar anaknya ke pesantren karena hari ini dia mau ada ujian," kata kakak korban, Ahmad Saefudin di kediamannya, Jumat (19/4).
Sementara itu, anggota KPPS 081 Kranji, Satria, mengatakan, proses penghitungan suara di TPS-nya baru benar-benar rampung sekitar pukul 04.00 WIB. Alamarhum, kata dia, terlibat di TPS sejak awal hingga surat suara dan berita acara diserahkan ke Kelurahan.
"Sampai semua selesai, almarhum ikut, sampai ke keluarahan, kalau satu hari sebelum pemungutan beliau enggak sampai begadang, cuma sampai sekitar jam 12 malam, nah kalau untuk penghitungan suara memang kondisinya belum tidur," jelas dia.
http://bit.ly/2UrWyOL
April 19, 2019 at 04:38PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2UrWyOL
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment