REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman Rasulullah SAW, terdapat seorang penyair terkenal. Namanya, Hassan bin Tsabit (Abu al-Walid Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir). Suatu kali, dia diminta datang ke Masjid Nabawi untuk menemui Nabi SAW. Pria asal Suku Khazraj ini tentu saja gembira dan segera beranjak dari rumahnya.
Sesampainya di Masjid Nabawi, Hassan mengucapnya salam kepada seluruh sahabat di sana dan tentunya baginda shalallahu 'alaihi wasallam. Nabi SAW berkata, "Wahai Hassan, engkau tentu mengetahui yang telah dilakukan kaum musyrikin Makkah. Karena itu, padamkanlah semangat mereka dengan sajak-sajakmu. Sebaliknya, bangkitkanlah semangat kaum Muslimin dengan sajak-sajakmu."
"Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan menyakiti orang-orang kafir Makkah dengan puisi saya, bagaikan sayatan di kulit mereka,” jawab Hassan bin Tsabit spontan.
“Hendaknya engkau tidak terburu-buru, wahai Hassan," ujar Rasulullah SAW. “Abu Bakar lebih mengetahui tentang garis nasab orang-orang Quraisy. Sebaliknya, garis silsilahku juga mereka mengetahui. Maka sebaiknya engkau terlebih dahulu mengetahui garis keturunanku. Tanyakanlah hal itu kepada Abu Bakar.”
Hassan ibn Tsabit lantas pamit, untuk kemudian bertemu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia pun menanyakan tentang garis nasab Nabi SAW kepada Abu Bakar. Sesudah itu, sang penyair ini kembali lagi ke Masjid Nabawi.
"Ya Rasulullah, aku kini telah mengetahui garis keturunan engkau. Maka demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, aku akan mencabut engkau dari kelompok mereka, bagaikan tercerabutnya gandum dari adonan,” tutur Hassan.
“Wahai Hassan, sungguh Jibril akan senantiasa mendukung engkau selama engkau meruntuhkan semangat kaum musyrikin itu dengan puisi-puisimu dalam membela Allah dan Rasul-Nya," jelas Rasulullah SAW. Kata-kata yang memompa semangat fi sabilllah Hassan ibn Tsabit.
Demikianlah, Hassan hampir tak pernah absen dalam setiap medan peperangan. Dia berada di sisi Rasulullah SAW. Setiap medan laga, dia tampil di hadapan pasukan musyrikin, untuk mengumandangkan sajak-sajak yang menciutkan nyali para musuh.
Hassan bin Tsabit memiliki istri bernama Sirin. Perempuan itu cukup istimewa karena merupakan saudara Maria Al-Qibthiyyah, istri Rasulullah SAW yang keturunan Mesir.
Usia Hassan bin Tsabit mencapai 100 tahun. Dia wafat pada 53 tahun sesudah Hijrah. Sebelum memeluk Islam, dia merupakan penyair yang lantang menjelek-jelekkan agama ini. Sesudah menerima hidayah Allah, maka Hassan mengarahkan karya-karyanya untuk membela Islam.
http://bit.ly/2UnsY22
April 08, 2019 at 04:06PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2UnsY22
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment