REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Sejumlah petani padi organik yang berada di Desa Nagrak, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, semringah. Hasil panen pada musim rendeng 2019 ini, cukup melimpah. Rata-rata, produktivitasnya mencapai 6,5 ton per hektare. Akan tetapi, petani tak menjual dalam bentuk gabah, melainkan sudah berbentuk beras.
Adang (56 tahun) salah satu anggota Kelompok Tani Siliwangi, Desa Nagrak, Kecamatan Darangdan, mengaku petani padi organik ini memilih tidak menjual hasil panennya dalam bentuk gabah. Sebab, harga gabah saat ini dikisaran Rp 4.700 sampai Rp 5.000 per kilogram. Tetapi, petani padi organik menjual hasil panennya dalam bentuk beras.
"Karena, harga beras organik jauh lebih mahal ketimbang dijual dalam bentuk gabah. Yakni, Rp 17-20 ribu per kilogramnya," ujar Adang, dengan senyum mengembang, Rabu (3/4).
Apalagi, saat ini pasar untuk beras organik sudah terbuka lebar. Salah satunya, melalui kemitraan dengan Dinas Pangan dan Pertanian Purwakarta. Jadi, konsumen beras organik ini selalu ada. Bahkan, permintaannya cukup tinggi.
Apalagi, lanjut Adang, saat ini hasil panennya cukup melimpah. Yaitu, mencapai 6,6 ton GKG per hektarenya. Untuk padi organik ini, jika telah dikeringkan lalu digiling menjadi beras, susutnya tidak terlalu banyak.
Karena, rendemennya cukup tinggi mencapai 70 persen. Sedangkan, padi biasa, rendemennya rendah, mencapai 60 persen. Sehingga, ketika digiling jadi beras, penyusutan pada padi biasa cukup tinggi.
"Alhamdulillah, kami bahagia, hasil panen musim rendeng tahun ini cukup melimpah," ujar Adang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan, ada 25 hektare di Desa Nagrak, Kecamatan Darangdan, yang menjadi areal sawah organik. Awal pekan ini, areal tersebut panen padi perdana. Hasilnya, cukup menggembirakan. Karena, baru pertama panen, produktivitasnya rata-rata 6,5 ton GKG.
"Padi organik ini, ditanam awal Desember 2018 laku. Adapun varietasnya, yakni Inpari 32," ujarnya.
Menurut Agus, selama ini pemerintah terus mendorong peningkatan luas areal padi organik. Termasuk, di Kabupaten Purwakarta. Targetnya, sampai akhir tahun 2019 ini, ada 1.000 hektare sawah organik yang tersebar di beberapa kecamatan. Terutama, yang memiliki sumber mata air alami, dan belum tercemar limbah.
Selama 2018 kemarin, ada 65 hektare sawah organik baru. Sawah tersebut, terus dipantau dan diawasi. Serta, mulai dari bibit, obat-obatan nabati dan pupuk, mendapat bantuan dari pemerintah.
"Bantuan ini, sebagai langkah pemerintah untuk terus mengembangkan areal saaah organik. Serta, menjadi stimulan bagi petani, supaya mereka tetap konsisten menanam padi dengan pola ramah lingkungan tersebut," ujar Agus.
Termasuk di Desa Nagrak, saat ini yang telah tanam padi organik sudah 25 hektare. Kedepan, akan terus dikembangkan. Bahkan, targetnya bis mencapai 85 hektare. Target itu, bisa terealisasi selama ada keinginan dan komitmen yang kuat di tingkat petani.
https://ift.tt/2HVShkO
April 03, 2019 at 02:52PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2HVShkO
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment