REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain untuk merawat orang sakit, bimaristan juga menjadi tempat praktik para calon dokter. Setiap rumah sakit memiliki sebuah ruang kuliah besar. Di sana mahasiswa, bersama dengan dokter senior dan petugas medis, akan bertemu dan mendiskusikan masalah medis lewat forum semacam seminar.
Setelah mengikuti pelatihan, mahasiswa kedokteran tersebut selanjutnya akan menemani dokter senior ke bangsal. Mereka ikut dilibatkan dalam perawatan pasien sama seperti program residensi di rumah sakit modern.
Ibnu Ali Usaybi'ah dalam kitabnya yang berjudul Uyun al-Anba'Alaqid al-Alfamengungkapkan perincian bentuk awal supervisi klinis atau siklus di bimaristan.
Di sana, ada petunjuk tentang diet dan resep untuk perawatan umum, termasuk penyakit kulit, tumor, dan demam.
Selama siklus, mahasiswa diminta untuk memeriksa tindakan pasien, ekskreta (seperti tinja dan urine), serta keadaan dan lokasi pembengkakan dan nyeri. Mahasiswa juga diinstruksikan untuk memperhatikan warna dan meraba kulit, apakah panas, sejuk, lembap, kering atau kendur.
Proses pelatihan itu mengerucut dalam sebuah ujian untuk memperoleh lisensi praktik kedokteran. Para kandidat harus hadir di depan petugas kepala medis yang ditunjuk pemerintah daerah tersebut. Langkah pertama yang disyaratkan adalah menulis risalah tentang subjek di mana calon ingin mendapatkan sertifikat.
Risalah itu bisa berupa karya penelitian pribadi atau komentar atas teks-teks yang telah ada, se perti karya-karya Hippocrates, Galen maupun karya-karya setelah abad ke-11, seperti Ibnu Sina, dan banyak lagi.
Para kandidat didorong tidak saja mempelajari karya-karya sebelumnya, tapi juga untuk mengkritisi mereka atas kemungkinan kesalahannya. Setelah risalahnya selesai, kandidat diwawancarai secara panjang lebar oleh kepala petugas medis, yang mengajukan pertanyaan dengan masalah-masalah yang relevan dengan spesialisasi kedokteran yang hendak dimohonkan. Jawaban yang memuaskan menentukan pemberian lisensi praktik.
Aspek penting lainnya bagi rumah sakit dan sangat penting bagi sis wa dan guru adalah kehadiran perpustakaan medis yang luas. Pada abad ke-14, Rumah Sakit Ibnu Tulun di Mesir memiliki sebuah perpusta kaan yang terdiri dari 100 ribu buku ten tang berbagai cabang ilmu kedokteran.
Sementara, perpustakaan terbesar di Eropa, tepatnya di Universitas Paris saat itu baru memiliki 400 jilid buku. Sebagai tempat lahirnya obat-obatan, bimaristan termasuk di antara banyak pencapaian ilmiah dan intelektual dari dunia Islam abad pertengahan
https://ift.tt/2Uab3eM
April 01, 2019 at 03:51PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Uab3eM
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment