Thursday, April 18, 2019

Tekan Harga, Kemendag Operasi Pasar Bawang Putih Tiap Hari

Operasi pasar digelar di Jakarta, Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Palembang dan Jambi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama para importir bawang putih mulai melakukan operasi pasar secara rutin mulai Kamis (18/4). Operasi pasar akan digelar hingga harga kembali stabil di kisaran Rp 30 ribu per kilogram (kg).

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Tjahya Widayanti mengatakan, operasi pasar akan di gelar di wilayah Jakarta, Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Palembang, dan Jambi. Menurut dia, wilayah-wilayah tersebut yang saat ini mengalami kenaikan harga tertinggi.

Khusus di Jakarta, Tjahya menuturkan, akan digelar operasi pasar di 12 pasar induk dengan menggelontorkan stok sekitar delapan hingga lebih dari 10 ton per hari. "Sepanjang masih ada stok di importir kita terus lakukan rutin sampai harga bisa stabil," kata Tjahya saat ditemui di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (18/4) sore.

Pihaknya optimistis, jika operasi terus dilakukan secara rutin, lama-kelamaan harga akan perlahan menurun hingga ke titik stabil. Diharapkan, ketika memasuki bulan Ramadhan harga bawang putih tidak mengalami gejolak dan dapat diredam pada kisaran harga normal. 

Pada hari pertama operasi pasar, Kemendag menggandeng importir PT Mahkota Abadi Prima Jaya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Operasi pasar tersebut menggelontorkan delapan ton bawang putih untuk para pedagang kecil yang berdagang di pasar tersebut.

Bawang putih disiapkan dalam kemasan karungan dan dijual seharga Rp 500 ribu per karung atau Rp 25 ribu per kilogram. Tjahya menegaskan, maksimal harga yang boleh dijual oleh pedagang yakni Rp 30 ribu-Rp 32 ribu per kilogram. Sementara di toko ritel modern maksimal Rp 35 ribu per kilogram.

Menurut dia, pelaksanaan operasi pasar bawang putih berdasarkan hasil dari pertemuan antara Kementerian Perdagangan dengan tujuh importir pada Selasa (16/4) lalu. Dari pertemuan tersebut, sebanyak lima importir mengaku siap melaksanakan operasi pasar dengan menggunakan stok yang saat ini masih tersisa.

Meskipun pihaknya memastikan operasi pasar akan digelar secara rutin setiap hari, Tjahya tidak dapat memastikan berapa jumlah total stok yang saat ini dimiliki oleh importir. Ia menuturkan, berdasarkan catatan terakhir masih tersisa 100 ribu ton dari impor bawang putih yang dilaksanakan tahun lalu.

“Saya masih hitung terus berapa stok yang ada. Saya belum bisa menyebutkan berapa yang dimiliki importir karena harus dilakukan pengecekan, apakah stoknya layal dijual atau tidak,” ujar Tjahya.

Selain itu, Tjahya juga belum dapat memastikan komitmen importir yang menyatakan siap membantu pelaksanaan operasi pasar. Namun, pihaknya mengklaim stok yang ada akan cukup untuk memenuhi kebutuhan bulan Ramadhan hingga Lebaran nanti.

Tjahya menambahkan, meskipun operasi pasar akan secara gencar dilakukan, kemungkinan besar harga tidak akan turun secara signifikan dalam waktu singkat. Setidaknya, kata Tjahya, kejadian lonjakan harga bawang putih pada 2017 silam yang mencapai lebih dari Rp 60 ribu per kg tidak terulang.

“Mudah-mudahan tidak seperti tahun 2017 lagi karena itu tinggi sekali,” ujar Tjahya.

Pusat Informasi Harga Pangan Statistik (PIHPS) mencatat, harga bawang putih ukuran sedang secara nasional pada Kamis (18/4) rata-rata dihargai Rp 44.350 per kilogram. Harga tertinggi terdapat di DKI Jakarta yang mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Sedangkan harga terendah terdapat di Kepulauan Riau sebesar Rp 27.659 per kilogram.

Sementara itu, importir bawang putih yang merupakan pemilik PT Mahkota Abadi Prima Jaya, Farid, mengaku memiliki stok di gudang sekitar 100 ton. Menurut dia, stok bisa saja dikeluarkan sekaligus, tapi lebih baik dikeluarkan secara bertahap agar dapat dijual secara merata.

Ia menuturkan, rata-rata harga bawang putih impor dari Cina berkisar 1.100 sampai 1.200 dolar AS per ton atau setara Rp 15.400 – Rp 16.800 (kurs Rp 14.000 per dolar AS) per kilogram. Meski begitu, harga bawang putih di China tidak bisa diprediksi karena selalu bergerak.

Farid mengaku, harga tertinggi yang pernah ia dapatkan yakni mencapai 2.000 dolar AS per ton setara Rp 28.000 per kg. Namun, kata Farid, harga-harga tersebut belum memasukan komponen biaya pengepakan dan distribusi.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2UsVqKM
April 18, 2019 at 05:48PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2UsVqKM
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment