Friday, April 12, 2019

Winning Meal Project, Cara Ajinomoto Dongkrak Prestasi Atlet

Gizi menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan dalam menopang prestasi para atlet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asupan gizi menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan dalam menopang prestasi para atlet di dunia olah raga internasional berprestasi. Di negara maju, gizi para atlet sudah diperhatikan bertahun-tahun sebelum mereka bertanding.

Menurut Emilia E. Achmadi MS., RDN, ahli gizi klinis di bidang olah raga, gizi menjadi bagian fundamental yang wajib diperhatikan. “Malah, di Cina, Amerika, dan Jepang, gizi para atlet dimulai sejak mereka berusia enam tahun (usia sekolah dasar yang dijadikan kurikulum pendidikan),” katanya seperti dalam siaran pers.

Sehingga, ketika si atlet tersebut beranjak remaja, mereka sudah siap bertanding. “Di beberapa cabang olah raga, persiapan gizi khusus sport performance sesuai dengan disiplin atau cabang olah raga dilakukan delapan tahun sebelum si atlet bertarung di arena,” sambungnya.

Kondisi ini diakui Emilia, belum diterapkan di Indonesia secara benar dan konsisten dengan sistem formulasi, produksi, monitoring dan evaluasi secara profesional.

Hal inilah yang membuat ia tergerak ketika diajak dalam program “Winning Meal Project” yang digagas oleh Ajinomoto Indonesia. Ia mengaku tertarik dengan program ini karena sesuai dengan idealismenya sebagai ahli gizi.

“Karena menurut saya, peran private sector dibutuhkan untuk peningkatan kualitas dari atlet nasional,” tuturnya.

Emilia menambahkan, melalui program ini ia fokus memperhatikan dan menyiapkan asupan gizi atlet renang I Gede Siman Sudarwata. Siman yang merupakan pria asal Bali ini, telah pernah menyabet empat medali emas di ajang SEA Games 2011 di Palembang.

“Banyak masyarakat yang belum paham, bahwa asupan gizi para atlet tidak bisa disamakan dengan asupan orang rata-rata. Bahan bakar mobil balap tidak sama dengan bahan bakar mobil biasa bahkan lebih spesifik lagi tergantung mobil balap jenis apa! Para atlet mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, beban latihan yang tak sama, dan histori cedera yang berbeda pula, tentu hal ini akan memengaruhi dengan asupan gizi yang dibutuhkan setiap atlet,” ujar Emilia.

Melalui “Winning Meal Project” Emilia menyusun asupan gizi untuk Siman sesuai dengan kondisi fisik, pengukuran anthropometric, dan periodisasi latihan dengan Peak Performance yang menjadi goal. Makanan sehari-hari Siman sebelum dan sesudah latihan akan disiapkan secara detail.

“Gizi sebelum dan sesudah latihan akan sangat berbeda. Misalnya, di 45 menit setelah latihan berat para atlet membutuhkan gizi khusus untuk memaksimalkan recovery process menuju sesi latihan berikut dan mencegah cedera, karena di saat itulah harus ada asupan untuk mengembalikan dan memperbaiki bagian tubuh yang rusak. Bila hal ini tidak dilakukan, maka fisik si atlit akan cepat menurun,” paparnya.

Makanan sehari-hari Siman sebelum dan sesudah latihan akan disiapkan secara detail. Contohnya, Siman telah melakukan pencapaian rekor nasional dari 50 meter gaya punggung, dengan waktu 25.01 detik. “Patokan itulah yang akan menjadi acuan Winning Meal Project (WMP) ke depannya,” terangnya.

Program “Winning Meal Project” merupakan program adopsi dari Ajinomoto Co.Inc di Jepang yang bernama “Victory Project”. Di sana, sejak 2003 para atlet Jepang diperhatikan asupan gizinya. Kesuksesan “Victory Project” di Jepang, salah satunya adalah dengan penyediaan menu atau meal plan yang proper untuk para atlet.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2D9WbTf
April 12, 2019 at 05:43PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2D9WbTf
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment