Tuesday, April 9, 2019

Australia Kian Berwarna Asia

Imigran asal Asia kini terbanyak di Australia dibandingkan dari Eropa.

Australia semakin Asia kalau melihat data statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Australia (ABS) untuk tahun 2018. Saat ini ada 7 juta migran yang tinggal di Australia. Mereka yang kelahiran Inggris menjadi kelompok warga paling besar.

Namun mereka yang lahir di Cina dan India menduduki peringkat kedua dan ketiga. Dan jika digabungkan keseluruhan 10 besar asal negara pendatang di Australia, warga asal Asia sekarang lebih banyak dibandingkan mereka yang berasal dari Eropa.

Menurut Asisten Direktur Statistik Migration ABS Neil Scott angka terbaru ini menunjukkan di tahun 2018 jumlah warga Australia yang lahir di luar negeri adalah sebanyak 29 persen.

"Masyarakat multikultur Australia berisi migran dari seluruh negara yang ada di dunia ini," kata Scott. "Meski ada 18 juta warga yang lahir di Australia, namun masyarakat kita semakin memiliki budaya yang terus beragam."

Dalam sejarahnya, warga pendatang Australia pada awalnya didominasi mereka yang berasal dari Inggris Raya dan Irlandia. Kemudian di masa Perang Dunia II dan sesudahnya, warga dari negara Eropa lainnya mulai berdatangan, terutama dari Italia dan Yunani.

Di tahun 1970-an, akibat Perang Vietnam, banyak keluarga asal Vietnam Selatan mengungsi dalam peristiwa yang dikenal dengan manusia perahu. Migrasi dari Cina dan India menjadi penyumbang migran terbesar ke Australia dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini ada 992 ribu warga Australia yang lahir di Inggris, disusul Cina 651 ribu orang, dan India di tempat ketiga dengan 592 ribu orang.

Jumlah warga Australia kelahiran luar negeri

Inggris Raya 992 000 4.0 China 651 000 2.6 India 592 000 2.4 Selandia Baru 568 000 2.3 Filipina 278 000 1.1 Vietnam 256 000 1.0 Afrika Selatan 189 000 0.8 Italia 187 000 0.7 Malaysia 174 000 0.7 Skotlandia 135 000 0.5 Lahir di luar Australia 7 343 000 29.4 Lahir di Australia 17 650 000 70.6

Cerita pendatang baru asal Indonesia

Indonesia juga termasuk salah satu negara yang menyumbang migrasi ke Australia dengan warga asal Indonesia yang tinggal di sini diperkirakan berjumlah sekitar 85 ribu orang. ABC Indonesia berbicara dengan tiga orang di antaranya yang baru datang atau mendapatkan status permanen di tahun 2018.

Salah seorang di antaranya adalah Maryanti Puji Astuti yang sekarang tinggal di kawasan pemukiman Epping di Melbourne. Maryanti menikah dengan seorang warga Australia Sacit Oztas, seorang pria keturunan Bosnia yang dikenalnya lewat online.

"Kita pertama kali berkenalan di tahun 2015, setelah itu dia beberapa kali datang ke Indonesia dan kita menikah tahun 2017, dan kami pindah ke Australia sesudahnya," kata Yanti kepada wartawan ABC Sastra Wijaya hari Selasa (9/4/2019).

Pada awalnya, Yanti datang menggunakan visa turis dan setelah tiba di Australia, baru mengurus visa spouse (pasangan) yang didapatnya setahun kemudian, sehingga dia bisa tinggal selamanya di Australia. Yanti sebelumnya tinggal di Depok (Jawa Barat) namun bekerja di Jakarta di bidang asuransi.

"Sekarang saya bekerja sebagai tenaga pembersih di sebuah plaza, dan juga sambil belajar bahasa Inggris gratis," katanya lagi.

Dia mengatakan bahwa sudah mendapat tawaran kerja di bidang asuransi di Melbourne. Namun sampai saat ini dia belum terlalu percaya diri untuk bisa melakukan kerja di bidang tersebut karena bahasa Inggrisnya yang masih terbatas.

"Kalau komunikasi dengan suami tidak masalah, karena dia bicara lebih perlahan," katanya sambil tertawa.

Kalau Yanti langsung dari Indonesia ke Australia, keluarga Yunas pindah ke Melbourne setelah sebelumnya tinggal di Singapura, walau mereka lahir di Indonesia sebelumnya. Yunas datang bersama istri dan anaknya bulan Maret 2018 setelah mendapatkan status permanen visa karena profesinya di bidang IT.

Dia mengatakan bahwa salah satu alasannya mengapa dia memutuskan pindah ke Australia dari Singapura adalah bahwa tekanan kerja di Singapura lebih besar.

"Di sana, kita seringkali harus bekerja lembur sementara di sini saya bisa meninggalkan kantor sesuai jam kerja dan tidak harus memikirkan masalah kantor sampai keesokan harinya," kata Yunas yang pindah ke Singapura ketika dia masih remaja.

"Juga dulu saya pindah ke Singapura karena orangtua, sekarang saya ingin mencari tempat tinggal yang saya pilih sendiri," katanya lagi.

Berbeda dengan Yunas, Alexander Kho bisa tinggal di Australia karena dia sebelumnya sekolah di Melbourne untuk menjadi chef. Dia sekarang bekerja di sebuah restoran di Alice Springs di negara bagian Northern Territory, yang sudah dijalaninya selama setahun terakhir.

Di tahun 2019, Alexander yang berasal dari Medan (Sumatera Utara) tersebut mendapat status permanen visa dengan sponsor dari negara bagian tersebut. "Memang saya pindah ke Northern Territory karena di sini lebih besar peluangnya untuk mendapatkan status permanen visa," katanya.

Bagaimana dengan kehidupan di kawasan pedalaman Australia tersebut?

"Ya untuk sekarang saya sih cukup betah tinggal dan bekerja di sini. Gaji saya cukup besar dan bayarannya lancar. Yang tidak enaknya daerahnya di sini memang terpencil," kata pemuda berusia 23 tahun tersebut.

Karena profesi chef cukup diperlukan di Australia, Alexander Kho mengatakan tidak mengalami kesulitan mendapat pekerjaan, setelah dia lulus sekolah selama dua tahun di Melbourne. "Memang banyak menguras tenaga dan biaya untuk mencari kerja, namun saya melamar cuma sekali terus langsung diterima," katanya.

Lihat berita-berita lainnya dari ABC Indonesia di sini

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2I5qA9m
April 09, 2019 at 03:46PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2I5qA9m
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment