REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Bank of Japan (BOJ) pada Senin (8/4) memangkas penilaian untuk tiga dari sembilan wilayah negara itu, jumlah penurunan peringkat terbesar dalam enam tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pukulan ke ekspor dan produksi pabrik dari melambatnya permintaan luar negeri.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan ekonomi diperkirakan akan terus berkembang secara moderat dengan permintaan domestik yang kuat mengimbangi beberapa kelemahan dalam ekspor.
"Inflasi konsumen inti diperkirakan akan berangsur-angsur meningkat menjadi dua persen karena kesenjangan output tetap positif, dan ekspektasi inflasi jangka menengah hingga jangka panjang meningkat," kata Kuroda pada pertemuan kuartalan para manajer cabang regional BOJ.
Tetapi bank sentral memperingatkan bahwa melemahnya pertumbuhan global dan mendidihnya ketegangan perdagangan Cina-AS membuat sejumlah wilayah Jepang bergantung pada permintaan luar negeri.
"Kami harus memotong penilaian kami pada ekspor dan produksi untuk beberapa daerah karena kami mendengar lebih banyak keluhan tentang dampak perlambatan ekonomi global dibandingkan tiga bulan lalu," kata seorang pejabat BOJ yang memberikan laporan singkat pada laporan kuartalan.
Laporan tersebut mengutip beberapa perusahaan yang menunda investasi pada peralatan baru karena ketidakpastian prospek global. "Kami memutuskan untuk membatalkan rencana untuk membangun pabrik peralatan semi-konduktor baru karena gesekan perdagangan Cina-AS mempertinggi ketidakpastian ekonomi global," kata seorang pembuat mesin di Kumamoto, Jepang selatan.
BOJ menaikkan penilaiannya untuk satu wilayah, sementara itu mempertahankan pandangannya untuk lima wilayah. Di bawah kebijakan yang dijuluki kontrol kurva imbal hasil, BOJ menetapkan suku bunga jangka pendek pada minus 0,1 persen dan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun sekitar nol persen dalam upaya mencapai target inflasi 2 persen.
http://bit.ly/2UzQGr7
April 08, 2019 at 03:37PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2UzQGr7
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment