Monday, April 29, 2019

Bederma di Bulan Suci

Ramadhan ini menjadi momentum untuk beramal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki bulan Ramadhan, umat Islam berbondong-bondong melakukan kebaikan, termasuk bersedekah dan berzakat. Ketua Umum Forum Zakat (Foz) Bambang Suherman dalam wawancaranya bersama wartawan Republika, Zahrotul Oktaviani, menyebut bederma di bulan Ramadhan sudah seperti tradisi. Meski belum optimal, kebiasaan itu pun kini kian berubah dari cara konvensional menjadi berderma lewat lembaga zakat.

Bagaimana tren berbagi atau bederma masyarakat Indonesia di bulan suci?

Dari tahun ke tahun dan sudah menjadi semacam tradisi di masyarakat kita, Ramadhan ini menjadi momentum untuk beramal. Dan ini diterjemahkan dengan sederhana dengan sebanyak mungkin berbuat kebaikan.

Termasuk di dalamnya memperbanyak donasi. Apalagi sebagian besar masyarakat kita juga menyimpan haul zakatnya di bulan Ramadhan karena ganjaran amal yang besar di bulan suci ini. Nah selama ini hal tersebut dijadikan sebagai patokan.

Peningkatan penghimpunan dana ziswaf ketika Ramadhan?

Nah, peningkatannya bisa sangat signifikan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Bisa lebih dari 100 persen dari transaksi reguler. Salah satu contohnya di Dompet Dhuafa, transaksi reguler rata-rata di angka Rp 15 miliar, pada bulan Ramadhan selama satu bulan ini bisa sampai Rp 50 miliar. Jadi, sangat signifikan menggambarkan atensi masyarakat dalam bertran saksi amal di Ramadhan. Ini kisaran estimasi.

Apakah keberadaan lembaga za kat nasional (laznas) sudah bisa mengubah kebiasaan masyarakat yang langsung memberikan sedekah kepada penerima manfaat?

Belum optimal. Namun, trennya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sampai hari ini, cara meng ukurnya adalah di potensi penghimpunan yang terealisasi di masing-masing lembaga zakat dalam satu bulan dibandingkan dengan potensi penghimpunan ZIS selama satu tahun. Kita masih ketemu gap yang cukup besar. Sudah terjadi peningkatan yang baik dan konsisten. Namun dibandingkan dengan total potensi ini belum signifikan.

Apa kendala yang dihadapi untuk mengubah cara pandang masyarakat ini?

Kalau saya lihat dari pengalaman, itu ada dua. Yang pertama adalah pengetahuan masyarakat tentang zakat atau ZIS sangat terbatas. Bahkan sebagian masyarakat yang di kelas menengah kota itu belum memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan zakat.

Ada di antara mereka yang setiap bulan menyisihkan penghasilan, dititipkan pada orang tua, lalu orang tuanya di kampung dibagikan pada tetangga-tetangga. Nah, ini dia tidak tahu apakah yang dilakukan ini masuk pada zakat, infak, atau sedekah. Jadi, kalau di kelas menengah saja kita punya data temuan seperti itu, apalagi kelas-kelas yang di bawahnya. Pengetahuannya pasti jauh lebih terbatas karena kelas me nengah punya akses informasi yang lebih luas dibanding mereka.

Usaha dari tiap lembaga Laznas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat?

Saat ini, di Forum Zakat (Foz) kami memperkuat keterampilan dan kompetensi teman-teman dalam rangka berkomunikasi dengan pu blik atau masyarakat. Penguat an nya ini baik menggunakan media analog dan digital. Jadi hari ini ma sifitas komunikasi ini ditingkatkan berkali-kali lipat, terutama pada bulan Ramadhan.

Selain itu, kita memperbaiki konten. Selain pilihan kanal yang berkembang, kita juga mulai mereview konten-konten yang kita tawarkan pada masyarakat. Mana yang efektif dan mana yang tidak, mengacu pada peningkatan knowledge atau sekadar inkubasi. Itu se mua diukur. Alhamdulillah, semua di lembaga zakat meletakkan con cern yang kuat berkaitan konten ini.

Dan ketiga kita memperbanyak networking dengan melibatkan ja ringan-jaringan yang memiliki basis komunitas yang besar dan luas. Misal dengan tokoh yang punya basis luas, termasuk influencer, selebgram atau influencer digital lainnya yang pengikutnya besar.

Apa ada satu gerakan bersama antara Laz nas yang tergabung Foz?

Ada, formatnya menjadi sema cam strategi bersama. Akan muncul dalam bentuk tagline bersama di se luruh lembaga. Namun, sifatnya ha nya sebagai penguat, bukan yang utama. Untuk utama kita serahkan kembali pada masing-masing lem baga.

FOZ sebagai asosiasi meng am bil peran memperbesar amplifikasi dari campaign-campaign yang dilakukan oleh anggota lembaga kita. Jadi tidak kita munculkan tema khusus dan seolah-seolah lembaga baru di antara lembaga, tetapi kita menjahit tematema yang dimiliki anggota. Memperbesar gaung nya biar tidak hanya berjalan di posisinya.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2LaBxsQ
April 29, 2019 at 03:30PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2LaBxsQ
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment