REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) pada laporan keuangan 2018 mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 25,94 persen dibandingkan pendapatan 2017. Pendapatan perusahaan minyak dan gas (migas) milik pemerintah ini tercatat sebesar 57,9 miliar dolar AS.
Direktur Keuangan Pertamina, Pahala Mashury mengatakan, tahun lalu, Pertamina membukukan pendapatan sebesar 46 miliar dolar AS. "Memang peningkatan pendapatan ini karena dipengaruhi oleh meningkatnya sisi penjualan, terutama didongkrak oleh kenaikan ICP (Indonesia Crude Price) dan peningkatan yang signifikan pada sisi hulu migas," ujar Pahala di Kementerian BUMN, Jumat (31/5).
Pada 2018, tercatat rata-rata harga ICP berada di angka 67,4 dolar AS per barel. Angka ini di atas dari perkiraan dan RKAP perusahaan. Selain itu, di sisi hulu migas, perusahaan juga mengalami peningkatan produksi gas sehingga mendongkrak penjualan.
"Produksi gas naik 30 persen. Ini karena bergabungnya aset di Mahakam 2018 yang memulai pertamina jadi operator di sana. Itu mendorngkrak hulu," ujar Pahala.
Sedangkan di sisi hilir, perusahaan juga mendapatkan kenaikan signifikan dari penjualan bahan bakar minyak (BBM). Pahala menjelaskan penjualan di sisi downstream naik dua persen dibandingkan 2017 kemarin.
Peningkatan signifikan terjadi pada penjualan produk Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU). Volume penjualan tahun 2018 mencapai 17,75 juta KL atau naik 122 persen dengan kenaikan volume penjualan di tahun 2017 sebesar 3,24 juta KL.
"Kalau hilir, volume jumlah yang kita jual mengalami peningkatan retail sampai dua persen, lalu ada peningkatan dari hilir seperti kita ketahui meningkatnya harga ICP jadi bahan pokok produksi dan berbagai produksi dan BBM PSO dan subsidi, mengalami peningkatan dari sisi konsumsi," ujar Pahala.
Sayangnya, peningkatan pendapatan tersebut tidak membuat laba perusahaan menjadi lebih baik dibandingkan 2017. Melalui laporan keuangan Pertamina, laba bersih perusahaan 2018 sebesar 2,53 miliar dolar AS. Padahal pada 2017, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar 2,54 miliar dolar AS.
http://bit.ly/2wEtpXv
May 31, 2019 at 03:21PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2wEtpXv
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment