REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Boeing dikabarkan akan tengah mempertimbangkan rencana untuk memperbarui perangkat lunak pesawat 737 Max. Pembaruan perangkat lunak pesawat tersebut rencananya akan dilakukan dalam enam sampai delapan pekan ke depan.
Boeing memastikan hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi usai kecelakaan pesawat Lion Air registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang terbang dari Jakarta ke Pangkalpinang pada 29 Oktober 2018. Pesawat tersebut mrupakan tipe Boeing 737 Max 8.
Dilansir dari Reuters, Jumat (30/11), informasi tersebut didapatkan dari dua sumber regulator penerbangan Amerika Serikat. Sebab, saat ini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan ada kemungkinan kecelakaan tersebut terjadi karena adanya anti-stall atau kondisi pesawat yang kehilangkan daya angkat sehingga terus membuat hidung pesawat terdorong ke bawah.
Meskipun begitu, Boeing menilai pilot pada penerbangan sebelumnya yaitu rute Denpasar-Jakarta dapat mengatasi hal tersebut. Pada akhirnya, pesawat tipe Boeing 737 Max 8 tersebut tetap aman untuk terbang.
Hanya saja, regulator Amerika Serikat (AS) mengatakan Boeing juga memeriksa kemungkinan adanya perbaikan perangkat lunak. Hal itu dilakukan setelah Boeing dianggap tida menyampaikan perubahan sistem otomatis pesawat tersebut dalam manual untuk 737 Max.
Dengan adanya peningkatan perangkat lunak tersebut, diperkirakan kondisi anti-stall tersebut dapat dihindari. Hal itu terjadi karena Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) terus aktif sampai hidung pesawat turun.
Kedua sumber regulator penerbangan AS tersebut mengungkapkan fungsi MCAS tersebut akan dinonaktifkan. Hal itu dapat dilakukan jika kru meniadakannya dengan menyesuaikan pengaturan dalam arah yang berlawanan.
"Ketika kru membuat penyesuaian, pada dasarnya akan melepaskan MCAS kecuali mendapat data baru," kata salah serorangs umber tersebut.
Dari rekaman flight data recorder (FDR) yang sudah ditemukan KNKT, pilot berusaha memperbaiki sistem lebih dari 24 jam sebelum pesawat tersebut jatuh ke perairan Tanjung Karawang. Lalu menewaskan sekitar 189 orang yang berada di dalam pesawat.
Semenjak hal itu terjadi, fungsi sensor angle of attack (AOA) mulai disorot. Investigator menduga sensor AOA tidak bekerja dengan baik sehingga mengarahkan munculnya peringatan stall. Dapat dipastikan, pembaruan perangkat lunak Boeing akan menjadi langkah darurat dari Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA).
Hanya saja, Boeing menolak berkomentar terkait rencana peningkatan perangkat lunak tersenut. "Sebagai bagian dari praktik standar kami setelah kecelakaan atau insiden apa pun, kami memeriksa desain dan operasi pesawat kami, dan bila perlu, menerbitkan buletin dan membuat rekomendasi kepada operator untuk lebih meningkatkan keselamatan," jelas juru bicara Boeing.
Juru bicara Boeing memastikan evaluasi kebutuhan untuk perangkat lunak atau perubahan lain terus dilakukan. Sebab, Boeing akan belajar lebih banyak dari penyelidikan yang sedang berlangsung. Terlebih selama ini, Boeing telah mengirimkan 241 pesawat kepada para pelanggannya.
https://ift.tt/2rfaNKA
November 30, 2018 at 05:55PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2rfaNKA
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment