REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Ukraina Petro Poroshenko menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mencaplok seluruh wilayah negaranya. Poroshenko menyerukan NATO untuk mengerahkan kapal perang ke laut Azov, yang dimiliki oleh kedua negara.
Komentar Poroshenko dalam wawancara dengan media Jerman, Bild, adalah bagian dari dorongan yang dilakukan Kiev untuk mendapatkan dukungan Barat agar memberikan sanksi lebih terhadap Moskow. Ukraina juga ingin mendapatkan bantuan militer Barat, dan menggalang dukungan perlawanan terhadap pipa gas Rusia yang mengancam Ukraina memperoleh pendapatan transit penting.
Sekutu Baratnya sejauh ini tidak menawarkan untuk memberikan saksi-sanksi itu. Namun, negara-negara lain telah memberi peringatan tentang kemungkinan invasi oleh Rusia setelah Moskow menyita tiga kapal angkatan laut Ukraina dan awaknya pada Ahad (25/11).
Moskow dan Kiev saling menyalahkan atas insiden yang terjadi di Krimea yang telah dianeksasi Rusia. "Jangan percaya kebohongan Putin," kata Poroshenko kepada Bild.
"Putin ingin kerajaan tua Rusia kembali. Krimea, Donbass, seluruh negeri. Seperti seorang Tsar Rusia, ketika dia melihat dirinya sendiri, kekaisarannya tidak bisa berfungsi tanpa Ukraina. Dia melihat kita sebagai koloninya," kata dia.
Volodymyr Omelyan, Menteri Infrastruktur Ukraina, pada Kamis (29/11) menuduh Rusia memaksakan blokade de facto pada dua pelabuhan Ukraina di Laut Azov. Rusia telah melarang kapal meninggalkan dan memasuki laut melalui Selat Kerch yang dikendalikan Rusia.
Kremlin membantah pihaknya telah membatasi lalu lintas kapal, dan mengaku belum mendengar ada masalah. Menurut Kremlin, jika ada penundaan pemberangkatan, maka itu disebabkan oleh cuaca buruk, bukan situasi politik.
Poroshenko menambahkan, dia juga ingin NATO mengerahkan kapal-kapal perang ke Laut Azov. Sampai saat ini belum ada reaksi dari NATO atas permintaan itu, setelah aliansi tersebut mengutuk perampasan Rusia atas kapal angkatan laut Ukraina.
Sementara, Kremlin mengatakan permintaan Poroshenko tampak dirancang untuk menyebabkan lebih banyak ketegangan di daerah tersebut.
Ada tanda-tanda lebih lanjut bahwa Rusia telah meneruskan rencananya untuk membentengi Krimea. Pada Kamis (29/11), Rusia telah mengerahkan satu batalion baru sistem rudal canggih surface-to-air S-400 di Krimea.
Mengutip sumber keamanan Krimea, kantor berita Interfax juga melaporkan rencana Rusia untuk membangun stasiun radar peringatan dini rudal baru di Krimea tahun depan. Stasiun itu akan dapat melacak rudal balistik dan rudal jelajah dari jarak jauh.
Rusia juga mengembangkan sistem teknis baru untuk memungkinkannya melacak kapal-kapal di sekitar semenanjung Krimea guna melindungi perbatasan maritimnya.
Baca: Rusia akan Bangun Radar Peringatan Dini Rudal di Krimea
https://ift.tt/2TXVtQ2
November 29, 2018 at 09:08PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2TXVtQ2
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment