REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat sekitar 457 jenis nyamuk di Indonesia, tetapi hanya sebagian kecil yang menganggu kehidupan, mulai dari sekadar menimbulkan rasa sakit hingga kematian.
Kepala Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP) IPB, Prof. drh Upik Kesumawati Hadi, MS mengatakan nyamuk yang menganggu hidup di permukiman manusia, karena manusia menyediakan tempat hidup untuk nyamuk.
"Sebagian kecil hidup di permukiman manusia, karena manusia menyediakan tempat hidup untuk nyamuk, seperti tampungan air, ventilasi buruk menjadi daya tarik nyamuk datang dan berkembangbiak," kata dia di Jakarta, Selasa (19/2).
Salah satu jenis yang belakangan kembali populer adalah Aedes aegypti, penyebab demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk yang berciri belang putih di bagian tubuh atasnya itu aktif di permukiman manusia pada pagi hingga sore hari.
Ada juga aedes albopictus yang berciri khas garis putih di bagian tubuhnya. Bedanya dengan aegypti, jenis ini banyak berkeliaran di luar rumah. Jenis lainnya adalah culex yang biasanya aktif waktu sore hingga pukul 24.00. Upik mengatakan, ciri khas nyamuk ini adalah warna tubuh cokelat kemerahan.
Culex merupakan vektor filariasis, yang salah satunya menyebabkan kaki gajah.
"Jakarta dan Bogor itu endemis filariasis. Berbeda dengan aedes yang bertelur di wadah jernih, culex banyak bertelur di selokan, air menggenang," tutur dia.
Selain itu, ada anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria. Nyamuk ini cenderung akan menungging saat menghisap darah. Populasi jenis nyamuk anopheles banyak ditemukan di daerah perdesaan.
Lalu, Mansonia uniformes yang cirinya memiliki belang-belang warna cokelat dan putih, serta sayap bersisik seperti daun asimetris.
"Ini vektor filariasis di perdesaan. Habitatnya di kolam yang ada tanaman airnya, misalnya eceng gondok. Larva mengambil oksigen dari genangan air," ujar Upik.
Terakhir, Armigeres subalbatus. Berbeda dari jenis nyamuk lainnya, nyamuk ini bukan vektor penyakit. Namun karena memiliki bagian mulut yang melengkung ke bawah dan ukurannya besar, saat dia menghisap darah, korban cenderung merasakan sakit luar biasa. Dia juga jenis nyamuk penganggu.
Menurut Upik, memberantas nyamuk merupakan hal sulit. Namun, Anda bisa mengendalikan populasinya hingga dalam tingkat sangat rendah, sehingga meminimalkan risiko munculnya penyakit akibat nyamuk.
Cara paling mudah adalah 3M plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk ditambah perlindungan diri, misalnya pemakaian obat anti-nyamuk.
"Perlu diperhatikan kalau tetangga tidak menerapkan 3M plus pengaruhnya akan sedikit. Pastikan bukan hanya kita yang melakukannya," kata Upik.
"Di perkotaan, kita sangat takut pada aedes aegypti. Seminggu bak tidak dibersihkan di dinding akan ada flek-flek hitam. Itu telur aedes. Telur ini sangat tahan kering, meskipun tidak ada air dia bisa hidup," imbuh dia.
Oleh karena itu, sebaiknya jangan hanya menguras bak tetapi juga menyikatnya. Aedes bertelur di berbagai tempat. Saat telur menetas maka dia menjadi jentik, pupa lalu nyamuk dewasa. Sebelum berkelana mencari mangsa dia beristirahat dulu selama 17 jam di gantungan baju, tempat gelap.
"Aedes aegypti menularkan penyakit selain lewat gigitan juga lewat transovarial (menularkan virus penyakit dari induk ke keturunannya)," kata Upik.
http://bit.ly/2NfUXJS
February 19, 2019 at 07:30PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2NfUXJS
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment