REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Pendidikan spiritual umat Islam tidak bisa dipungkiri membutuhkan masjid sebagai sentra kegiatan. Terlebih pondok pesantren para penghafal Quran.
Hal itulah yang mendorong Laznas BMH Perwakilan Sulawesi Barat berikhtiar membangun pusat pendidikan spiritual dan intelektual para santri tahfizh yatim-dhuafa Salutalawar Kampus II Hidayatullah Mamuju.
“Alhamdulillah, hari ini program peletakan batu pertama pembangunan Masjid Jabal Nur di Pesantren Hidayatullah Salutalawar, Mamuju, berjalan lancar. Harapan kami, dengan dibangunnya masjid ini kegiatan pendidikan di Mamuju semakin komprehensif dalam upaya mencerdaskan bangsa baik dari sisi intelektual maupun spiritual,” terang Kepala BMH Perwakilan Sulawesi Barat, Rahmat Wijaya melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (28/4).
Ia menambahkan, program ini mendapat dukungan langsung dari pemerintah setempat. Hal itu ditandai dengan kehadiran Kepala Biro Kesra Pemprov Sulawesi Barat, Mohammad Ali Candra yang sekaligus meletakkan batu pertama pembangunan Masjid Jabal Nur.
“Masjid adalah tempat terbaik di muka bumi ini. Jadi, jika ada masjid yang akan dibangun harus kita dukung. Sebab, di sinilah tempat berkomunikasi dengan Sang Pencipta dan ini tempat yang paling baik di muka bumi ini,” tuturnya kala memberikan sambutan.
Hal yang tak kalah menarik, lanjut Ali Candra adalah kiprah dari para Dai Tangguh BMH. “Saya sangat kenal Hidayatullah. Para Dai Tangguh di berbagai pelosok tanah air, tidak perlu lagi dipertanyakan. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan oleh para Dai Tangguh Hidayatullah Insya Allah akan kita dukung terus,” imbuhnya.
Rahmat Wijaya mengemukakan, keberadaan masjid ini juga akan menjadikan syiar Islam bagi masyarakat sekitar semakin kuat. Karena itu, sekalipun masjid ini berada di lingkungan pesantren, masyarakat luas juga dapat menjadikan rumah Allah ini untuk meningkatkan spiritualitas dalam beragam bentuknya.
“Dengan dibangunnya masjid ini, maka program pendidikan dan dakwah yang dilakukan oleh BMH akan memiliki dampak berkesinambungan yang lebih baik dan efektif. Sebab, masjid ini adalah milik umat, sekalipun ada di dalam pesantren. Para santri semakin terkondisi ibadahnya, masyarakat pun dapat menggelar beragam kegiatan keilmuan di dalamnya,” tutur Rahmat Wijaya.
http://bit.ly/2DAslI0
April 28, 2019 at 08:44PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2DAslI0
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment