Monday, April 29, 2019

Kompor Wood Pelet Asal Bumdes Cangkuang Dilirik Australia

Oleh pemerintah Australia, kompor ini diminta agar bisa diproduksi di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG- Sekelompok warga di Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung yang tergabung di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) menciptakan inovasi bahan bakar untuk kompor dari serbuk kayu yang dipadatkan (wood pelet). Keberadaannya diyakini lebih efisien dibandingkan bahan bakar dari gas elpiji atau minyak tanah.

Beberapa kemudahan yang bisa didapatkan dengan menggunakan wood pelet adalah waktu memasak air lebih cepat. Jika menggunakan gas elpiji membutuhkan waktu 14 menit, maka dengan wood pelet kurang lebih bisa 2 menit.

Tidak hanya itu, bahan bakar yang menyerupai batu bara ini tidak menampakkan api dan seluruh peralatan memasak aman dari kotor dan bisa tetap bersih. Selain itu, bahan bakar wood pelet diklaim ramah lingkungan dan lebih hemat.

Peneliti di Bumdes Berkah Jatisari, Muhammad Abi mengaku pihaknya berhasil menciptakan wood pelet karena mengikuti dan menerapkan teknologi tepat guna (TTG). Meski produknya hampir sama dengan yang ada dijual dipasaran.

Namun, ia mengaku produknya tidak perlu menggunakan bantuan listrik untuk kipas pendorong (blower) api. "Alhamdulillah, produk yang ramah lingkunan ini berhasil dibuat," ujarnya, Senin (29/4).

Dirinya menjelaskan produknya dibuat beberapa bulan lalu. Lebih spesifik, ia mengungkapkan kompor berbahan bakar wood pelet ini berbasis air sehingga hasil yang dikeluarkan jernih tanpa terlihat api. Sementara itu, pengoperasiannya sendiri bisa dilakukan manual seperti menyalakan kompor yang menggunakan bahan bakar minyak tanah.

"Kompor dengan bahan bakar wood pelet berbasis air. Dia sampai jernih hampir tanpa api," katanya.

Menurutnya, perpaduan wood pelet dengan air menghasilkan api yang jernih tanpa terlihat. Ia menuturkan, produknya saat ini belum diproduksi massal. Namun rencananya akan diproduksi oleh Bumdes bagi keperluan warga sekitar. Selain itu kedepan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Bandung.

Tidak hanya itu, produknya dilirik oleh pemerintah Australia, menurutnya, mereka menginginkan agar produk yang dibuatnya di produksi di Australia. Namun, katanya pihaknya belum menyetujui kerjasama tersebut dan memilih diproduksi di dalam negeri.

"Produk kompor ini bisa diproduksi asal diproduksi disana (Australia). Cuma kita belum menyetujuinya," katanya.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2vtgwPg
April 29, 2019 at 06:10PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2vtgwPg
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment