Monday, April 29, 2019

Mendapat Pengalaman Berharga dari Brussels

Sejumlah wartawan mengikuti beberapa sesi kelas dengan tema beragam.

REPUBLIKA.CO.ID,

Laporan khusus Wartawan Republika Erik Purnama Putra dari Brussels

Saya mendapat kesempatan berharga menjadi delegasi wartawan yang terpilih untuk mengunjungi beberapa markas Uni Eropa di Brussels, Belgia pada 8-12 April 2019. Hal itu setelah saya termasuk satu dari lima wartawan Indonesia yang memenangkan EU Award for Journalists in Indonesia (#eu4wartawan), yang diadakan Kedutaan Uni Eropa di Jakarta.

Selama lima hari di Brussels, saya mengikuti beberapa sesi kelas dengan tema beragam. Pada Senin (8/4), setidaknya ada lima pertemuan yang berlangsung di Markas European External Action Service (EEAS) atau Dinas Luar Negeri Eropa di bawah Komisi Uni Eropa. Sesi pertama dengan tema "The EEAS and it's Strategic Communications" yang berlangsung pukul 09.30-10.30, disampaikan oleh Petugas Pers untuk Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Direktorat Jenderal (Ditjen) Komunikasi Uni Eropa, Adam Kaznowski.

Sesi kedua mengangkat tema "Presentation about EU-Indonesia Relations" pukul 10.30-11.30, yang dibawakan Petugas Kebijakan Indonesia Divisi ASEAN EEAS, Domenico Gigliotti. Kemudian, rombongan wartawan diajak petugas penghubung EEAS Nicole Meijer menuju Berlaymont Building yang lokasinya hanya dipisahkan jalan raya.

Saat itu, sedang ada agenda semacam press briefing yang rutin diadakan setiap Senin pukul 12.00-13.00. Tentu saja, yang boleh bertanya kepada petinggi Komisi Uni Eropa hanya wartawan yang memiliki akreditasi.

Rombongan wartawan kembali menuju Markas EEAS, dan mengikuti pemaparan yang disampaikan Petugas Kebijakan ASEAN Divisi ASEAN EEAS, Mark Gallagher yang menyampaikan materi "Presentation about EU-ASEAN Relations" pada pukul 14.15-15-15. Sesi keempat disampaikan Petugas Kebijakan Divisi HAM EEAS, Luigia Di Gigi yang mengangkat "Presentation about Gender Equality" pukul 15.30-16.30 WIB.

Sesi terakhir hari itu ditutup dengan tema "Presentation about European Disability Strategy" yang dibawakan Josefine Hederstroem selaku wakil kepala Unit Disabilitas dan Inklusi Ditjen Pekerjaan Umum, Hubungan Sosial, dan Inklusi Komisi Eropa. Materi ditutup pukul 17.30, dan rombongan wartawan Indonesia kemudian berjalan kaki menuju Brussels Press Club untuk menghadiri konferensi pers Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Acara ini tidak ada di agenda sebenarnya. Namun, karena sedang ada pejabat Indonesia sedang melakukan kunjungan kerja ke Brussels terkait rencana boikot kelapa sawit oleh Uni Eropa, kami pun meliput acara ini karena lokasinya kebetulan sangat dekat.

Pada Selasa (9/4), kami tiba di gedung European Parliament (EP) pukul 09.30. Kami disambut Antonio Leön yang mengajak para wartawan melihat fasilitas press centre, ruang sidang, dan fasilitas audio visual (VoxBox). Antonio Leön yang menjabat Petugas Pers Unit Servis Media EP juga menjelaskan secara detail layanan media yang meliput agenda sidang anggota Parlemen Uni Eropa.

Pukul 11.15-11.45, kami mengikuti sesi kelas bertema "Introduction to the Disability Intergroup of the EP" yang disampaikan Alejandro Moledo dari Sekretariat Intergroup Disabilitas dan Koordinator Kebijakan EDF. Berikutnya, Analis Kebijakan Ditjen Layanan Riset Parlemen Marie Lecerf membawakan materi "The EP non-Discrimination, Diversity, and Social Inclusion Policies" pada pukul 11.45-12.30.

Setelah waktu makan siang, rombongan wartawan menuju Parliamentarium yang merupakan museum, yang merekam perjalanan negara-negara anggota EP dari masa lalu hingga sekarang. Tersaji foto-foto bersejarah semua negara Uni Eropa, baik semasa Perang Dunia Kedua, era Perang Dingin, tumbangnya pemerintah komunis di negara-negara Blok Timur, seperti Cekoslovakia, hingga masa 2000-an.

Sesi terakhir hari itu, rombongan menghadiri acara di kantor Friends of Europe di Square de Meeus 5-6. Kami diterima Direktor Eropa dan Gopolitik Friends of Europe, Shada Islam yang paham dengan peta perpolitikan Indonesia, lantaran beberapa kali berkunjung ke Jakarta dan Singapura.

Pada hari ketiga, yaitu Rabu (10/4), acara kembali diadakan di Markas EEAS pukul 09.30, dengan sambutan Nicole Meijer. Sesi kelas pertama diasuh Wakil Kepala Unit Olahraga Ditjen Pendidikan Umum dan Budaya EU, Maria Luisa Fernandez Esteban yang menyampaikan materi "Presentation about Sports Diplomacy.

Sesi kedua yang berlangsung pukul 11.15-12.15, dibawakan oleh Szabolcs Schmidt. Kepala Unit non-Diskriminasi dan Koordinasi Roma Ditjen Keadilan EU ini membawakan materi bertema "Presentation about the Principles of non-Discrimination". Materi terakhir disampaikan Mark Hughes yang mengangkat tema "Introduction to European Agency for Special Needs and Inclusive Education".

Hari keempat di Brussels, kami mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussels pada pukul 10.00 WIB. Kami pun datang lebih awal, sehingga disambut oleh staf KBRI.

Adapun tepat pukul 11.00 WIB, Dubes Indonesia untuk Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa Yuri Octavian Thamrin menyambut para wartawan di ruangannya. Perbincangan yang menarik terkait berbagai isu terkini yang ramai dibincangkan di Tanah Air, turut dibahas. Pertemuan ditutup dengan makan siang dengan menu spagheti udang.

Setelah naik bus dan lanjut Metro, kami pun tiba di kantor European Council (EC) atau Dewan Uni Eropa pada pukul 14.00. Kami diterima oleh Philippe Crapanzo dan Federico Bagioli untuk berkeliling melihat fasilitas Gedung Justus Lipsius. Rombongan diajak melihat sudut kantor Kepresidenan Dewan Uni Eropa yang dijabat bergilir setiap enam bulan sekali oleh masing-masing anggota Uni Eropa.

"Cukup merepotkan," gumam saya.

Sesi terakhir hari Kamis (11/4), ditutup dengan materi yang disampikan Virginie Battu selaku Petugas Pers Urusan Luar Negeri EC yang mengangkat materi "Presentation on the Functioning of the European Council, Media Services/Products".

Pada Jumat (12/5), kami mengunjungi Markas European Olympic Committee (EOC) atau Komite Olimpiade Eropa, untuk mendengarkan materi yang disampaikan Wakil Direktur EOC Heidi Pekkola. Sesi diskusi hanya berlangsung singkat pada pukul 10.00-11.00. Pekkola menyampaikan tentang pendanaan yang tepat dan berkelanjutan bagi dunia olahraga.

Kemudian, kami menuju kantor Brussels Press Club yang bertugas mewadahi perkumpulan wartawan dari berbagai negara yang bertugas di Kota Brussels. Kami pun disambut pengurus Brussels Press Club, Maria Laura Franciosi dan Tarek Mahmoud, yang banyak berbagi pengalaman selama meliput berbagai kegiatan Uni Eropa. Karena kantor itu menjadi tempat berkumpulnya para wartawan, kami pun dipersilakan mengambil sajian minuman dan makanan kebab sebagai hidangan makan siang.

Perbincangan yang terus mengalir diakhiri foto bersama sebagai tanda perpisahan. Senang berdiskusi dan mendapatkan ilmu dari para wartawan yang punya banyak pengalaman selama liputan di lapangan. Dan, akhirnya sesi kunjungan ke Brussels pun berakhir.

Dari lima hari mengikuti berbagai agenda, pandangan saya tentang Eropa cukup berubah. Kalau sebelumnya saya menganggap kota penting di Benua Biru adalah London, Paris, Amsterdam, Berlin, dan Roma, sekarang saya baru sadar kota paling penting di Eropa adalah Brussels. Ya, Brussels adalah the Heart of Europe.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2XU5778
April 29, 2019 at 07:24PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2XU5778
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment