REPUBLIKA.CO.ID, NORMAN -- Pemandangan matahari terbenam selalu memikat. Banyak orang sengaja berburu momen tersebut sampai ke pantai, gunung, ataupun gurun pasir.
Panorama matahari terbenam di gurun pasir memang lebih berwarna. NOAA/NWS Storm Prediction Center yang berkantor pusat di Norman, Oklahoma, Amerika Serikat, menjelaskan mengapa sunset padang pasir kaya semburat warna. Menurut institusi tersebut, penyebabnya adalah spektrum warna alami pada sinar matahari.
Peneliti madya Stephen F Corfidi mengatakan, sinar matahari yang terlihat mata manusia sudah mengalami penyaringan oleh atmosfer, serupa dengan filter pada kamera. Semakin panjang jalur cahaya di atmosfer, semakin banyak efek filternya.
Setiap warna dalam spektrum cahaya (seperti dalam pelangi) memiliki panjang gelombang berbeda-beda. Warna merah dan jingga dengan gelombang panjang akan tampak nyata, sementara ungu dan biru dengan gelombang pendek kurang terlihat.
Penyebab lain adalah udara bersih di gurun pasir. Sebaliknya, di tempat lain yang padat penduduk, lapisan batas udara yang memisahkan daratan dari langit dipenuhi oleh partikel tak kasat mata yang membuat cahaya mentari kurang jernih.
"Warga kota kerap melihat matahari terbenam dengan langit yang dipenuhi partikel-partikel dan polusi, jadi sepertinya sunset tidak begitu menakjubkan di sana," kata Corfidi.
Ada banyak hal yang terjadi di atmosfer menjelang senja. Corfidi menjelaskan, partikel-partikel itu menangkap molekul-molekul kelembaban yang mengambang di udara. Partikel itu pun kian tumbuh akibat penambahan kelembapan.
Partikel yang membesar tidak bertindak sebagai filter selektif untuk cahaya. Sinar matahari yang mengenainya tidak lagi disaring. Karena itu, pada lingkungan dengan banyak uap air di udara, matahari terbenam lebih bernuansa warna pastel.
Sebaliknya, udara yang kering di lingkungan gurun membuat spektrum warna dengan gelombang panjang lebih bersinar. Ditambah pula dengan langit tanpa penghalang dan udara minim polusi, matahari terbenam di gurun menjadi punya warna terang menyala.
"Efek hamburan molekul udara yang sangat tipis menyajikan warna jingga murni secara spektral. Semburat oranye yang terlihat di antara awan seperti oranye pada krayon Crayola," ujar Corfidi, dikutip dari laman Atlas Obscura.
http://bit.ly/2L8THLe
April 28, 2019 at 01:53PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2L8THLe
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment