Sunday, May 26, 2019

Derajat Takwa

Puasa, salah satu cara yang diperintahkan Allah mencapai derajat takwa.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mahmud Yunus

Salah satu cara yang diperintahkan oleh Allah untuk mencapai derajat takwa adalah dengan berpuasa. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).

Berpuasa (shiyam atau shaum) artinya menahan (al-imsak) dari segala yang membatalkan puasa. Dalam konteks ini, menahan (alimsak) dari segala yang membatalkan puasa itu bukan hanya dari yang haram, melainkan juga dari yang halal.

Sebagai contoh, makanan yang halal tidak diperbolehkan dimakan oleh orang yang sedang berpuasa karena akan membatalkan puasanya. Utsman bin Affan RA berkata: Ada lima tanda orang yang memiliki derajat takwa. Pertama, dia tidak berkawan dengan seseorang melainkan agamanya bermanfaat baginya, dia (juga) mampu menguasai kemaluannya dan lisannya.

Kedua, jika menghadapi hal besar, dia menyikapinya sebagai bencana/ba haya besar karena akibatnya diperkirakan akan sangat berat. Ketiga, jika mendapatkan sedikit dalam urusan agama, dia merasa beruntung. Sebab, dia meyakininya sebagai keuntungan besar.

Keempat, dia tidak memenuhi perutnya dengan makanan halal sebab khawatir makanan halal itu bercampur dengan yang haram. Kelima, dia melihat manusia seluruhnya akan selamat sebab mereka menjalin hubungan baik dengan Allah, sementara dia melihat dirinya akan celaka.

Sebab, dia (merasa) banyak melakukan maksiat dan (merasa) berhubungan buruk dengan Allah. Ali bin Abi Thalib RA berkata: Kalau saja bukan karena lima perkara berikut ini, tentu dia akan menjadi orang yang saleh/salehah.

Pertama, sikap menerima atas kebodohannya dalam urusan agama (Islam). Diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia, tetapi bodoh dalam urusan akhirat (HR Hakim). Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda: Dosa orang alim itu satu, sementara dosa orang bodoh itu dua (HR Dailami). Kedua, senang/tamak terhadap dunia.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: Zuhud di dunia akan menyenangkan ruhani dan jasmani, sementara senang/tamak terhadapnya niscaya akan melelahkan ruhani dan jasmani (HR Thabrani).

Ketiga, kikir/bakhil terhadap kelebihan hartanya. Rasulullah SAW bersabda: Dan orang-orang kikir/bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia; jauh dari surga dan dekat ke neraka (HR Tirmidzi). Keempat, riya dalam beramal.

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mengharamkan surga bagi setiap orang yang riya (HR Abu Nuaim). Kelima, ujub (membang gakan akalnya dan/atau kemampuannya) yang dikaruniakan Allah kepadanya. ¦

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2VRHWZU
May 26, 2019 at 04:00PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2VRHWZU
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment