REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pertanian (Kementa) terus memacu produksi bawang merah dan bawang putih. Targetnya adalah mencukupi kebutuhan dalam negeri secara mandiri.
Produksi bawang merah terus mengisi pasar ekspor dan ke depan impor bawang putih dapat ditiadakan. Salah satu upaya tersebut yakni mendorong sistem budidaya tumpang sari antara bawang merah dan bawang putih seperti yang dilakukan petani di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
“Saat ini di daerah ini ditanami bawang merah dan bawang putih ditanam dengan sistem tumpang sari seluas 500 hektar. Potensinya ada 1.000 hektar, sehingga masih ada 500 hektar lagi yang siap untuk ditanami lagi,” demikian dikatakan Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi saat meninjau budidaya tumpan sari bawang merah dan bawang putih di Desa Pakarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Kamis (23/5).
Sistem tumpang sari meningkatkan ketersediaan bawang merah dan bawang putih untuk mencukupi secara mandiri. Sistem tumpang sari benar-benar memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Bisa 3 kali tanam bawang merah dan 2 kali bawang putih dalam setahun.
“Produksi bawang merah jenis batu hijau ini per hektarenya mencapai 12 ton, harga Rp 18.000 dan biaya Rp 12.000 per kg. Bisa untung Rp 6 ribu per kilogram atau untung 72 juta per hektar. Dalam kondisi normal penghasilannya cukup tinggi,” jelasnya.
Ujang, petani muda menerangkan budidaya tumpang sari yang dilakukannya yakni dengan menanam bawang merah dan bawang putih di satu lubang. Atau berdekatan, jarak tanam 5 kali 15 cm.
Dengan cuaca saat ini, produksi bawang merah mencapai 12 ton per hektar. Umur panennya 70 hari. Biayanya mencapai Rp 70 sampai 80 juta per hektare dan harga jualnya ke Toko Tani Indonesia Rp 18 ribu per kg.
“Kami selalu jual di Toko Tani Indonesia (TTI), harganya tidak pernah turun, kami selalu dapat harga yang menguntungkan. Bulan kemarin baru saja kami bawa untuk Bazar di Bogor sebanyak 6 ton. Kalau pasok ke Toko Tani Indonesia Center (TTIC) yang di Jakarta dari pertengahan April hingga saat ini hampir 45 ton,” ujarnya.
Untuk bawang putih, sambung Ujang, produksinya mencapai 16 ton per hektar. Bawang putihnya varietas Sembalun. Lahan di Cimenyan ini sangat subur sehingga dengan sistem tumpang sari bisa ditanami intensif bawang merah 3 kali setahun dan bawang putih 2 kali setahun.
“Kami menggunakan pupuk organik dan untuk mengurangi biaya produksi, sebagian menggunakan pestisida nabati,” terangnya.
Potensi yang luas
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Uung Gumilar mengatakan potensi pengembangan bawang merah dan bawang putih sangat luas. Selain Cimenyan, lokasi lain yang dikembangkan bawang putih yakni Arjasari, Pangalengan, Pacet, Paseh, Ciwidei, Kartasari, Tanjungwangi.
Pihaknya optimistis kebutuhan bawang merah dan bawang putih mencukupi kebutuhan masyarakat. Para importir sudah banyak bekerja sama untuk bersama petani menanam bawang putih.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana menuturkan pemerintah Kabupaten Bandung mendorong penuh upaya pemerintah pusat agar swasembada bawang putih terwujud. Untuk budidaya bawang merah, di Kabupaten Bandung ini sudah banyak yang ditanami dan petaninya pun sudah terbiasa menanamnya.
“Sedangkan untuk pengembangan bawang putih dalam proses pemetaan lahan yang cocok ditanami. Tapi kami optimis di Kabupaten Bandung ini tersedia cukup luas lahan yang cocok untuk bawang putih,” tuturnya.
http://bit.ly/2WZ8Osc
May 23, 2019 at 04:25PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2WZ8Osc
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment