Tuesday, May 7, 2019

Lyon Miliki Masjid Agung

Masji Agung Lyon dibangun memalui proses yang sangat panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lyon memiliki masjid agung ( Grande Mosquée de Lyon) yang cukup besar dan representatif. Masjid ini dibangun melalui proses yang sangat panjang. Berdasarkan informasi dari situs resminya, masjid ini diresmikan pada 30 September 1994. Peresmian itu dihadiri oleh pejabat Pemerintah Prancis, wali kota Lyon dan Dubes Arab Saudi di Prancis.

Sebagian besar dana berasal dari bantuan Raja Fahd dari Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya. Arsitekturnya dirancang oleh Lyon Ballandras dan Mirabeau. Di masjid ini, mereka menggabungkan arsitektur tradisional Magribi dan kaligrafi bergaya Barat modern.

Pembangunan masjid agung ini diawali dengan berdirinya Association Culturelle Lyonnaise Islamo Fran çaise (L’ACLIF) pada 1980 oleh tiga orang tokoh Muslim yaitu Rabah Kheliff, Kamel Kabtane, dan Mohamed Tahar. Lembaga ini sejenis asosiasi budaya Muslim Prancis di Lyon. Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk merintis pembangunan masjid yang dibangun atas swadaya Muslim di Lyon maupun bantuan dari pemerintah.

Rencana pembangunan masjid itu secara resmi disetujui oleh wali kota Lyon pada 13 Februari 1984. Meski demikian, pembangunan tersebut tetap menimbulkan polemik. Pada 25 September 1989, muncul gerakan demonstrasi penolakan pembangun an Masjid Agung Lyon.

Saat ini, Masjid Agung Lyon telah berdiri tegak dan menjadi pusat syiar Muslim di Lyon. Masjid ini berada di 146 Boulevard Pinel, Lyon. Selain menjadi tempat ibadah shalat lima waktu, Idul Adha, Idul Fitri, masjid ini juga menjadi tempat pendidikan bagi anak maupun mualaf. Tersedia pula fasilitas seperti perpustakaan serta pusat informasi Muslim di Lyon. Meski bukan masjid terbesar di Prancis, masjid ini sangat diperhitungkan keberadaannya.

Masjid tertua di Prancis adalah Mosquée Noor-e-Islam yang diba ngun pada 1905. Masjid ini berada di daerah Réunion, Saint-Denis. Sementara masjid terbesar di negeri ini se ka ligus masjid terbesar ketiga di Eropa adalah Masjid Agung Paris (Mosquée Grande de Paris). Masjid ini diresmikan Presiden Gaston Doumergue pada 15 Juli 1926, sekitar 20 tahun setelah peletakan batu pertamanya.

Masjid Agung Paris yang memiliki menara setinggi 33 meter ini berdiri setelah melewati perjuangan panjang seorang diplomat Maroko kelahiran Andalusia. Masjid ini didirikan sebagai tanda terima kasih atas pengorbanan 70 ribu tentara Muslim (seba gian besar keturunan Aljazair, Tuni sia, dan Maroko) yang berpe rang untuk Prancis.

Selain Grande Mosquée de Lyon, berdasarkan data dari situs Le Guide Musulman, di Lyon terdapat sekitar 68 masjid lain yang tersebar di berbagai penjuru kota. Saya beruntung karena apartemen saya pertama berdekatan dengan salah satu masjid, yaitu Mosquée Otthmane yang berada di 51 rue Octavie, Villeurbanne. Hanya 10 menit menuju masjid ini. Suasana kebersamaan jamaah dari berbagai negara dan etnis sangat terasa setiap shalat lima waktu.

Muslim di Prancis akan semakin dinamis dengan rencana pembangun an masjid di Marseille. Ini akan menjadi masjid terbesar di Prancis dan masjid terbesar ketiga di Eropa. Pembangunan masjid itu memerlukan anggaran hingga 22 juta euro atau setara 29 juta dolar AS. Pemerintah Aljazair menyatakan siap mengu curkan bantuan dana untuk pem bangunan masjid ini. Ditargetkan, pembangunan masjid tersebut rampung tahun ini.

Berdirinya masjid ini tentu akan membuat Muslim Marseille berlega hati. Sebab, mereka tak perlu lagi menggelar shalat jamaah di ruang-ruang bawah tanah, tempat-tempat sewaan atau garasi. Masjid di Marseille ini akan dilengkapi menara setinggi 25 meter. Hal itu tergolong unik meng ingat beberapa negara Eropa bela kang an ini sangat antipati dengan menara masjid.

Di Lyon sendiri juga sedang berlangsung proses pembangunan beberapa masjid yang cukup besar. Salah satunya, Grande Mosquée de Gerland. Lokasi masjid ini berdekatan dengan kawasan Stade de Gerland yaitu markas klub sepak bola Olympique Lyon. Adapun masjid lain yang juga sedang dalam proses pembangunan adalah Grande Mosquée de Vaulx en Velin. Kebetulan, lokasinya dekat dengan apartemen yang mulai saya tempati pada Januari 2012. Jaraknya hanya sekitar 500 meter. Lokasi masjid ini sangat strategis karena berada di kawasan Vaulx en Velin, yakni bagian dari kota yang berpenduduk lebih dari 40 ribu orang dengan populasi terbesar kaum imigran (sebanyak 60 persen).

Pembangunan masjid ini dikoordinasikan oleh Asosiasi Muslim Centre Vaulx en Velin Okba. Izin pembangunannya sudah didapatkan dari wali kota setempat. Peletakan batu pertamanya sudah dilakukan pada 25 Juni 2011. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas sekitar 2.700 meter persegi, dan rencananya me mi liki menara setinggi 24 meter.

Selain ruang untuk shalat, masjid dua lantai berkapasitas 1.000-1.500 jamaah ini dilengkapi pula dengan berbagai fasilitas seperti lima kelas untuk sekolah madrasah, ruang perpustakaan, ruang dapur, lahan parkir yang sangat luas, ruang kantor administrasi, aula pertemuan, ruang VIP, serta beberapa kamar untuk tamu. Sebuah masjid yang megah bagi kawasan seperti Vaulx en Velin.

Rakhmat Hidayat

Dosen Jurusan Sosiologi Unversitas Negeri Jakarta; Mahasiswa Doktoral Departemen Ilmu Pendidikan Universitas Lumiere Lyon 2 Prancis

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2Lrzxwa
May 07, 2019 at 06:18PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Lrzxwa
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment