Monday, May 13, 2019

Mi Goreng Pecel Buk Elly, Buka Puasa Favorit Milenial Padang

Nama pecel Buk Elly sudah dikenal sejak berjualan di Padang pada tahun 70-an

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Siang menjelang sore, Yenni sudah mulai menata dagangannya satu persatu. Dengan rapi, Yenni menata aneka sayuran untuk pecel dan mi kuning yang sudah direbus dalam satu wadah yang cukup besar. Di sebelahnya ada mihun goreng. Ada juga mi kuning goreng dan beberapa aneka gorengan.

Sembari menata daganganya, wanita 45 tahun itu dan anaknya sesekali juga melayani pembeli yang sudah mulai mampir ke lapak dagangannya. “Beli lah pical uni. Jangan asik foto-foto saja. Beli lah buat bukaan,” kata Yenni.

Yenni merupakan salah satu pedagang aneka jenis menu berbuka di Pasar Pabukoan (aneka menu berbuka) yang terletak di Pasar Raya Padang. Pasar Pabukoan di Pasar Raya Padang ini salah satu lapak yang disediakan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang.

Di tiang tenda lapaknya, Yenni menggantungkan merek lapaknya yang bernama ‘Masakan Buk Elly Tarandam’. Buk Elly adalah ibu Yenni yang memang berjualan aneka makanan di Tarandam, Padang sejak tahun 70-an. Yenni sengaja tidak mau mengganti nama tersebut karena mi pical Buk Elly memang sudah terkenal dan favorit oleh masyarakat Kota Padang sejak dulu.

Cara Yenni menata mi kuning dan mihun gorengnya cukup menarik. Mi goreng yang sudah ditaruh di wajan besar itu ditaburi dengan sayatan daun seledri, bawang goreng, dan kerupuk merah. Alhasil tampilan mi goreng ini menggugah selera para pencari jajanan bukaan sore-sore hari.

Republika pun tak mau ketinggalan membeli mihun dan mi kuning goreng ini. Biar lebih sedap disantap saat berbuka, sebaiknya ditambahkan dengan bumbu kacang atau bumbu pecel.

Aneka makanan yang dijual Yenni adalah mi kuning goreng, mihun goreng, mi tiaw, risoles, pical, anyang, dan lotek. Ia mengatakan mayoritas yang membeli dagangannya adalah kalangan mahasiswa dan masyarakat pekerja.

Saat hari puasa pertama, Yenni menyebut semua dagangannya laku. Tapi yang paling duluan habis adalah mi goreng, mihun, pecel, dan anyang. “Ini, ayang, mihun, mi goreng paling cepat habisnya,” ujar Yenni.

Yenni menyewa di lapak Pasar Pabukoan di Pasar Raya Padang ini selama satu bulan seharga Rp 600 ribu. Di sana ia mendapatkan fasilitas meja. Menurut Yenni, nilai itu tidak terlalu mahal mengingat dagagannya yang laku setiap hari di bulan puasa ini lumayan banyak menghasilkan.

Di hari pertama Ramadhan saja Yenni mengaku omsetnya mencapai Rp 2,5 juta lebih. Dengan kata lain, uang sewa lapak dalam satu bulan bisa dilunasi Yenni dalam satu hari berjualan.

Yenni mengatakan kalangan muda mulai ramai berdatangan ke lapaknya sejak ba’da salat Ashar. Selain kalangan milenial, kata Yenni, ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu pekerja juga sering singgah jajan di lapaknya.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang Endrizal mengatakan pihaknya menyiapkan tempat dan jumlah pedagang yang akan meramaikan Pasar Pebukoan selama bulan suci Ramadhan. Sebanyak 60 pedagang ini berjualan di depan Pasar Inpres Blok III, Pasar Raya, Kota Padang.

"50 pedagang di antaranya merupakan pedagang lama yang sebelumnya memang sering ikut serta dalam agenda pasar pabukoan ini. Sedangkan 10 pedagang lainnya merupakan pedagang baru," kata Endrizal.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2ViXFB5
May 13, 2019 at 02:21PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2ViXFB5
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment