Sunday, May 12, 2019

Muhammadiyah Angkat Bicara Soal Isu Gerakan 'People Power'

Ketua Umum PP Muhammadiyah mengomentari soal wacana People Power

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menanggapi wacana pengerahan massa alias people power setelah pemungutan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah upaya-upaya rekonsiliasi yang diharapkan mampu meredam tensi politik nasional.

"Saya percaya, bangsa Indonesia dan para elite bangsa itu semakin hari akan semakin mengarah pada rekonsiliasi, kerukunan dan persatuan. Di sana-sini, ada perbedaan itu terus diusahakan agar masing-masing berdialog," kata Haedar Nashir saat menghadiri acara di kampus Intitut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan, Ciputat, Tangerang Selatan, Ahad (12/5).

Dalam kesempatan itu, Haedar juga mengimbau para elite politik di negeri ini untuk semakin santun. Mereka juga hendaknya menunjukkan keteladanan yang baik (uswatun hasanah). "Saya percaya bahwa jiwa kenegarawanan itu akan menjadi karakter kolektif elite di Indonesia," tambah dia.

Wacana pengerahan masssa disuarakan sebagai wujud protes terhadap penyelenggaraan Pilpres 2019. Di media sosial, umpamanya, cukup marak ajakan people power dalam beberapa pekan terakhir.

Sejumlah kalangan sudah menyuarakan ketidaksepakatan atas atas wacana itu. Misalnya, sebagaimana dimaklumkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj.

Menurut Said, aksi turun ke jalan pasca-Pilpres tidak perlu dan bahkan tidak ada gunanya.

"Kalau dari NU, itu saya larang betul untuk ikut kegiatan tersebut," ucapnya saat ditemui di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5) lalu.

Aksi seperti itu, lanjut Said, jika dilakukan akan menyebabkan kegaduhan. Baginya, saat ini masyarakat harus menunjukkan kepada dunia internasional, betapa umat Islam di Tanah Air sukses menjalankan pesta demokrasi.

Ia bahkan menyebut, umat Islam di Indonesia agar tak bernasib seperti kaum Muslimin yang menghuni wilayah Arab saat ini. "(Selama) 40 tahun (terakhir) perang," ujar alumnus Universitas Umm al-Qura (Arab Saudi) itu.

Said lantas mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keamanan dan perdamaian. Dia berharap, siapapun yang memenangkan Pilpres, maka itulah presiden selanjutnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Harus kita terima dengan dewasa, lapang dada, berbesar hati. NU percaya pada KPU, Bawaslu, TNI dan Polri," ujar ketum PBNU periode 2010-2020 itu.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2E7qQBk
May 12, 2019 at 07:36PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2E7qQBk
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment