REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kecil, Musa Cerantonio percaya akan keberadaan Tuhan. Laki-laki asal Australia ini lahir dari ayah berdarah Italia dan ibu asal Irlandia. Sejak kecil, orang tua telah menuntunnya menjadi seorang Katolik.
Awalnya, dia bangga pada agamanya dan percaya bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar. “Bagaimana tidak, saat itu jumlah umat Katolik paling banyak di dunia. Jumlah yang banyak tersebut tentu menumbuhkan keyakinan bahwa agama tersebut mengandung kebenaran,” ujarnya.
Meski bangga pada agama yang dianutnya, tetapi Musa dan keluarganya tidak benar-benar mempraktikkan ajaran Katolik. “Kami tidak datang ke gereja kecuali saat Natal atau ketika ada rekan seagama yang menikah atau meninggal.”
Musa pun mengecap pendidikan dasar di sekolah Katolik di Melbourne, Australia. Ketika itu, Musa sangat menyukai pelajaran agama. “Ketika bicara soal Injil, tentang nabi-nabi, entah mengapa saya sangat menyukainya,” katanya.
Tetapi, tetap saja kesukaan itu tidak lantas membuat Musa mengaplikasikan ajaran agamanya dengan fasih. Meski demikian, kepercayaan pada agama membuat dia menerapkan batasan dalam hidupnya.
“Saat beranjak remaja saya berhasil menghindar dari tingkah laku buruk yang kerap dilakukan teman-teman seumuran saya. Mereka pergi ke klub, minum-minum, bahkan memakai obat-obatan.” Dia juga tidak berzina dengan perempuan yang dikencaninya.
http://bit.ly/2JZFNch
May 24, 2019 at 06:18PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2JZFNch
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment