REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Reja Irfa Widodo
Pesta Bayern Muenchen di Stadion Allianz Arena, Sabtu (18/5) waktu setempat, menandakan berakhirnya Bundesliga musim ini. Der Bayern sukses meraih titel Bundesliga sekaligus memperpanjang dominasinya dalam tujuh musim terakhir di singgasana Bundesliga.
Keberhasilan Muenchen memastikan gelar juara Bundesliga sekaligus melengkapi empat juara lainnya di lima liga top Benua Eropa. Di antara lima liga paling bergengsi di Benua Eropa, Bundesliga memang menjadi kompetisi yang paling akhir dalam menen tukan tim terbaik. Sebelumnya, Ligue 1, La Liga, Seri A, dan Liga Primer Inggris sudah lebih dahulu menemukan jawara musim ini.
Namun, rasanya tidak ada yang berbeda dalam barisan pemenang di lima liga top Eropa musim ini dibanding pada musim lalu. Pada musim ini, pemenang di lima liga top Eropa merupakan juara bertahan di tiap-tiap kompetisi.
Laman penyedia statistik olahraga Opta pun mencatat, untuk kali pertama dalam sejarah sepak bola Eropa, pemenang lima liga top Eropa bisa secara bersamaan mempertahankan gelarnya pada musim ini. Paris Saint-Germain (PSG) di pentas Ligue 1, kemudian Barcelona di panggung La Liga, Juventus di kancah Seri A, Manchester City di pentas Liga Primer Inggris, dan akhirnya Bayern Muenchen di ajang Bundesliga.
Bahkan, dua dari lima tim tersebut merupakan juara liga selama lebih dari lima musim secara beruntun, yaitu delapan tahun untuk Juventus dan tujuh musim bagi Muenchen. Sementara itu, untuk PSG, Barcelona, dan Manchester City, titel liga musim ini merupakan gelar kedua secara beruntun.
Jika ditilik lebih dalam, ada sejumlah alasan yang bisa dikemukakan terkait dominasi tim-tim tersebut di kompetisi liga masing-masing. Kendati bakal terpengaruh dengan corak, kondisi, dan situasi persaingan yang berbeda di tiap-tiap liga, ada sejumlah faktor yang bisa ditarik sebagai penyebab umum dari kecenderungan dominasi sebuah tim di kompetisi liga.
Mulai dari kesiapan dan kedalaman skuat juara bertahan, minimnya persaingan yang diberikan kontestan lain di liga tersebut, hingga disparitas kekuatan ataupun kualitas pemain juara bertahan dengan tim-tim lain di liga tersebut. Untuk poin terakhir, dominasi PSG di Ligue 1 dapat menjadi contoh yang konkret.
Bahkan, saat masih mengantongi laga tunda, Les Parisien sudah bisa memastikan gelar Liga Prancis saat Ligue 1 memasuki pekan ke-33. Kegagalan Lille memetik poin penuh kala ditahan Toulouse membuat raihan poin PSG tidak mungkin dikejar lagi oleh Lille. Les Parisien pun mengantongi keunggulan 16 poin hingga Ligue 1 menyelesaikan pekan ke-34.
Dari tanah Inggris, dominasi Manchester City sepertinya baru akan dimulai. Keberhasilan meraih semua gelar domestik musim ini seolah menjadi penanda era baru dari dominasi the Citizen pada musim-musim berikutnya. Namun, tidak seperti di La Liga ataupun Ligue 1, the Citizen masih harus berjuang keras hingga pekan terakhir Liga Primer Inggris demi bisa memastikan raihan gelar juara.
Kondisi ini tidak terlepas dari persaingan sengit yang dihadirkan Liverpool sepanjang Liga Primer Inggris musim ini. Konsistensi City coba terus disamai oleh the Reds. Bahkan, pada musim ini Liverpool menjadi tim pertama di kancah Liga Primer Inggris yang gagal menjadi juara setelah hanya menelan satu kekalahan dan telah mengoleksi 97 poin.
Bagi pelatih Manchesater City, Pep Guardiola, capaian Liverpool pada musim ini merupakan sinyal `'perlawanan'' dari tim asal Merseyside tersebut terkait usaha dominasi the Citizen. Namun, keinginan untuk bisa melanjutkan dominasi di Liga Primer Inggris terlalu menggoda bagi the Citizen.
Mereka telah membantu kami menjaga standar permainan kami. Apa yang kami lakukan pada musim lalu meningkatkan standar kompetisi ini. Liverpool telah menjaga standar mereka, kata dia. (ed: gilang akbar prambadi)
http://bit.ly/2JteOX5
May 20, 2019 at 06:50PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2JteOX5
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment