REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) menjadi momok kaum petani Temanggung Jawa Tengah. Hal tersebut mengakibatkan hasil panen tidak maksimal, bahkan membuat petani menjadi buntung.
Agar hal itu tidak terjadi, Pemerintah Kabupaten Temanggung Jawa Tengah menggencarkan sosialisasi penggunaan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan. Pada acara bimbingan teknis budidaya bawang putih ramah lingkungan, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung Masrik Amin menjelaskan tentang budidaya ramah lingkungan yang sudah dicanangkan sejak 2016.
“Dukungan tersebut antara lain dibuktikan bahwa Dinas dan petugas POPT sering menyosialisasikan penggunaan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan,” tutur Masrik pada Senin (6/5).
Narasumber pada kegiatan itu menyosialisasikan kewaspadaan dan pengendalian OPT virus, ulat bawang, cendawan, dan nematoda pada bawang putih secara ramah lingkungan. Antara lain pengendalian ulat bawang menggunakan Spodoptera litura - Nuclear Polyhedrosis Virus ( Sl-NPV), implementasi PHT pada pengendalian cendawan dan nematoda, serta tindakan pencegahan dari mulai pengolahan lahan sampai pascapanen.
Bantuan Kementan
Direktorat Perlindungan Hortikultura juga memberikan bantuan berupa perangkap feromon sex kepada Dinas Pertanian yang nantinya akan diberikan kepada petani. Kementan juga menyosialisasikan penerapan pengendalian OPT yang ramah lingkungan seperti penggunaan perangkap feromon sex, pembuatan PGPR, Trichoderma dan pembuatan asap cair.
OPT yang sering menyerang tanaman bawang putih di daerah ini antara lain layu Fusarium. Salah satu bahan pengendali OPT yang mulai diterapkan petani adalah asap cair. Menurut Rohmad Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Temanggung, asap cair merupakan hasil kondensasi/pengembunan uap hasil pembakaran baik langsung atau tidak langsung dari bahan yang mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa dan senyawa karbon lainnya.
Proses pembuatan asap cair pembakaran tanpa udara, pengembunan dengan mendinginkan asap sehingga berubah menjadi cair menghasilkan fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, lakton, hidrokarbon, polisiklik, aromatik, dll. Bahan baku asap cair antara lain kayu, bongkol kelapa sawit, tempurung kelapa, sekam, serbuk gergaji kayu dan tongkol jagung.
Menurut Cuk Sudaryanto, petugas POPT kecamatan Candiroto, Kelompok Tani Suluh Remboko sudah menerapkan penggunaan asap cair ini untuk mengendalikan penyakit layu yang disebabkan cendawan fusarium pada bawang putih. Setelah 2 kali aplikasi hasilnya alhamdulillah efektif.
Bahan baku yang digunakan petani untuk membuat asap cair adalah sekam dengan alat yang digunakan hasil modifikasi petani sendiri. Dosis yang dipakai untuk 1 liter asap cair dilarutkan ke dalam 15 liter air tawar kemudian diaduk rata dan untuk tangki kapasitas 14 liter hanya membutuhkan 2 gelas dari campuran tadi, tutur Cuk.
Kementan memberikan atensi kepada petani, terutama yang bercocok tanam bawang putih. Sebab komoditas tersebut mendapat perhatian khusus yang ditargetkan untuk swasembada pada 2021. Temanggung merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran termasuk bawang putih.
Dalam rangka menyukseskan program swasembada bawang putih, Temanggung ini menjadi salah satu kabupaten penyedia benih bawang putih, hal tersebut karena luas tanam bawang putih di daerah ini cukup luas. Berdasarkan data realisasi luas tanam tahun 2018, luas bawang putih di Kabupaten Temanggung seluas 2.689 hektare.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan swasembada bawang putih adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pengendalian OPT umumnya masih dilakukan petani dengan menggunakan pestisida kimia.
http://bit.ly/2H4Ulph
May 06, 2019 at 07:01PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2H4Ulph
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment