Saturday, November 24, 2018

Amerika Serikat Terancam Diterjang Bencana Dasyat

Ilmuwan memeringatkan adanya bencana alam ekstrem di AS akibat perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah kebakaran hutan di Kalifornia mulai padam dan warga membangun rumah mereka lagi setelah diterjang dua badai besar, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan laporan tentang ancaman bencana alam yang semakin buruk karena perubahan iklim. Laporan itu bertentangan dengan pernyataan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.

Laporan yang dikeluarkan Badan Iklim AS itu ditulis jauh sebelum kebakaran hutan yang mematikan, membakar Kalifornia pada awal bulan ini, dan sebelum dua badai besar Florance dan Michael terjadi di East Coast dan Florida. Laporan tersebut memperingatkan bencana alam ekstrem yang akan menjadi semakin rutin, intens, meluas atau lebih lama. Laporan tersebut mencatat sejak 2015, AS telah menghabiskan 400 miliar dolar AS karena bencana alam.

Salah satu penulis laporan tersebut Willam Hohenstein dari Departemen Pertanian AS mengatakan kebakaran hutan di sebelah utara Kalifornia memiliki kemungkinan disebabkan oleh perubahan iklim. Namun, tidak dengan kebakaran hutan yang terjadi di sebelah selatan Kalifornia.

"Iklim yang menghangat, serta kekeringan meningkatkan jumlah wilayah yang terbakar selama 20 tahun terakhir," kata Hohenstein, dalam konferensi pers peluncuran laporan tersebut, Sabtu (24/11).

Laporan tersebut dimandatkan oleh undang-undang yang meminta adanya laporan setiap beberapa tahun sekali. Laporan itu juga berdasarkan dari 1.000 penelitian sebelumnya. Berisi detail tentang bagaimana perubahan iklim atau pemanasan global yang disebabkan pembakaran batu bara, minyak dan gas alam telah merusak setiap wilayah di AS dan bagaimana hal ini berdampak pada setiap sektor ekonomi termasuk energi dan pertanian.

"Perubahan iklim telah mengubah bagaimana dan di mana kita hidup dan menghadirkan tantangan yang terus tumbuh untuk kesehatan dan kualitas hidup manusia, ekonomi, dan sistem pendukung alami kita," kata laporan tersebut.

Laporan tersebut juga menjabarkan bagaimana polusi udara berdampak pada kesehatan jantung dan paru-paru. Menurut laporan itu perubahan iklim membuat semakin banyak penyakit yang berasal dari serangga, gelombang panas yang semakin berpotensi menyebabkan kematian, dan memperburuk alergi pada manusia.

"Kerugian tahunan dalam beberapa sektor ekonomi di proyeksikan mencapai ratusan miliar dolar AS pada akhir abad nanti, lebih besar dari produk domestik bruto (GDP) negara-negara bagian AS saat ini," kata laporan tersebut.

Negara bagian yang berada di pantai yang paling banyak mengalami kerugian karena naiknya permukaan air laut dan badai-badai di pinggir pantai, yang mana juga akan menurunkan harga tanah di wilayah-wilayah tersebut. Di beberapa negara bagian seperti Alaska dan Louisiana, banjir air laut membuat banyak warga mengungsi.

"Kami melihat apa yang (sebelumnya) kami katakan akan terjadi, tapi terjadi sekarang di kehidupan yang sebenarnya, sebagai seorang ilmuwan iklim ini hampir tidak nyata," kata salah seorang penulis laporan ini, Katharine Hayhoe dari Texas Tech University.

Donald Wuebbles dari University of Illinois yang juga ikut menulis laporan itu mengatakan akan semakin banyak lagi bencana alam besar yang akan terjadi di AS. Wuebbles mengatakan yang membedakan laporan itu dengan laporan lainnya adalah laporan tersebut berfokus dampak bencana alam di AS.

"Semua proses perubahan iklim terjadi secara lokal," kata ilmuwan iklim dari Pennsylvania State University Richard Alley yang tidak ikut menulis laporan.

Alley mengatakan saat para ilmuwan berbicara tentang suhu rata-rata global, rakyat merasakan perubahan ekstrem. Alley menambahkan saat ini manusia hidup dalam kondisi terus menerus kekeringan, diterpa banjir dan gelombang panas. Alley menambahkan untuk bisa menangani persoalan itu harus fokus pada manusianya.

Sebanyak 48 negara bagian di AS lebih hangat 1 derajat celsius sejak 1900. Laporan tersebut menyebutkan AS akan lebih hangat 1,6 sampai 6,6 derajat celcius pada akhir abad 21 nanti tergantung seberapa banyak gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir. 

Rencananya laporan itu dikeluarkan pada bulan Desember. Tapi Trump sering kali mengeluarkan komentar yang bertentangan dengan hasil laporan tersebut melalui pernyataannya di media atau media sosial Twitter. Trump tidak percaya pemanasan global memang benar-benar terjadi.

"Ledakan Udara Dingin yang Brutal dan Panjang bisa mengguncang semua catatan - Apa yang terjadi dengan Pemanasan Global?" kata Trump di Twitter pada pekan ini.

Laporan yang dirilis pada Jumat (24/11) itu kemungkinan untuk mengantisipasi pernyataan-pernyataan seperti yang diungkapkan Trump. Dalam laporan itu tertulis dalam skala waktu yang lebih pendek dan wilayah yang lebih kecil pengaruh alam bisa lebih besar daripada manusia. Suhu udara global memang akan terus naik secara teratur.

"Ada upaya transparan pemerintahan Trump untuk mengubur laporan ini dan melanjutkan kampanye yang tidak hanya menyangkal tapi juga menekan ilmu perubahan iklim," kata penulis laporan ini, Andrew Light, seorang pakar kebijakan internasional di World Resource Institute.

Para pejabat yang terlibat dalam penulisan laporan itu tidak mau berkomentar tentang waktu perilisan laporan. David Reidmiller, direktur laporan itu mengatakan pernyataan tersebut tidak relevan, karena yang terpenting adalah isi laporannya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2PSfnNX
November 25, 2018 at 06:30AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2PSfnNX
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment