REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Walaupun Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jabar kasusnya cukup banyak. Namun, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, statusnya belum Kasus Luar Biasa (KLB).
"Masih aman, (belum KLB) secara umum masih terkendali. Kan kalau KLB lintas pusat turun. Jabar kan hanya beberapa yang tinggi kasusnya tidak merata," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Kamis (31/1).
Emil mengatakan, terkait kasus DBD ini, ia sudah mengordinasikan dengan kepala daerah. Oleh karena sifatnya, lebih banyak teknis di lapangan maka ia berkoordinasi untuk memonitor Bekasi dan Depok.
"Kami kita monitor saya minta yang intinya lebih waspada. Lakukan pencegahah DBD. Yakni, cek genangan, jangan buang sampah sembarangan, fogging daerah terduga. Intinya kita waspada," paparnya.
Awal tahun 2019, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) alami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat, hingga pekan ketiga atau hingga 22 Januari 2019 ini sebanyak 1.085 kasus DBD terjadi menyebar di Jawa Barat. Dari jumlah tersebut tercatat delapan orang meninggal. Sementara pada Januari 2018 tercatat hanya 969 kasus dengan empat orang korban jiwa.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Dinas Kesehatan Jabar Widyawati, dari jumlah kasus hingga pekan ketiga tersebut, Kabupaten Bogor mendominasi dengan 156 kasus disusul Kota Bandung dan Depok masing-masing dengan 132 kasus, Kabupaten Bandung Barat 129 kasus, dan Cimahi 119 kasus. Delapan warga yang meninggal dunia berasal dari Kabupaten Bogor sebanyak tiga orang, Depok dan Cianjur masing-masing dua orang, dan Kota Sukabumi satu orang.
Adapun tren suspect atau terduga DBD pun tidak jauh berbeda dengan kasus DBD yang terjadi. Hingga tiga minggu ini terdapat 1.500 suspect DBD. Kabupaten Bogor tercatat dengan suspect terbanyak yaitu 298 orang, Kabupaten bandung Barat 215 suspek disusul Kota Bandung 155 suspect.
Sebelumnya, jumlah kasus DBD di Provinsi Jawa Barat selama 2018 lalu alami penurunan dibanding dengan tahun 2017. Selama tahun 2018 tercatat sebanyak 11.107 kasus dengan jumlah meninggal sebanyak 55 orang. Sementara pada tahun 2017 tercatat 11.422 kasus dengan 56 orang yang meninggal. Dari data warga yang meninggal dalam kurun dua tahun tersebut, korban kebanyakan dari Kabupaten Cirebon yaitu 10 orang meninggal karena DBD.
Selama tahun 2018 tersebut Kota Bandung dan Kabupaten Bandung tercatat dengan kasus DBD yang paling dominan, Kabupaten Bandung sebanyak 2.124 kasus sedangkan Kota Bandung sebanyak 2.826 kasus. Menurut Widyawati, data yang disajikan oleh Dinkes pada awal Januari tersebut masih dinamis dan akan berubah.
Hal itu seiring dengan lonjakan kasus maupun suspek DBD di Jabar. Pihaknya terus ber kordinasi dengan dinas kesehatan Kota kabupaten. Adapun upaya yang telah dilakukan di antarnya Surat Edaran Kewaspadaan Dini terhadap penyakit DBD secara berjenjang kepada Kota dan kabupaten.
Mengaktifkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M Plus. Mengaktifkan Gerakan 1 Rumah 1 Iumatik. Penyuluhan atau sosialisasi PSN di berbagai kalangan Meningkatan gerakan PHBS dj masyarakat. Peningkatan Koordinasi antara puskesmas, rumah sakit, Dinkes Kab Kota dan Dinkes Provinsi Jabar.
Peningkatan DBD di awal tahun ini, kata dia, berhubungan dengan kondisi cuaca saat ini. Namun perilaku masyarakat pun termasuk faktor yang mempengaruhi.
Sebelumnya, dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD di Jabar antara 2018 dan 2017 berarti ada peningkatan pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Namun di sisi lain masih ada daerah dengan angka kasus yang terbilang tinggi dikarenakan PHBS yang belum banyak disadari warganya.
http://bit.ly/2BcWxYq
January 31, 2019 at 03:37PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2BcWxYq
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment