REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Seksi Penyakit Menular, Tular Vektor, dan Zoonotik Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Inda Mutiara mencatat, jumlah kasus tertinggi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta adalah di wilayah Jakarta Selatan. Dari data total kasus DBD per 29 Januari yaitu sebanyak 722 kasus, wilayah Jakarta Selatan memiliki jumlah terbanyak kasus DBD bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya.
Tercatat, ada sebanyak 250 kasus dsi Jaksel. Disusul Jakarta Timur yang memiliki jumlah kasus sebanyak 200 kasus. “Betul, jumlah tertinggi adalah di Jakarta Selatan, ada sebanyak 250 kasus,” kata Inda kepada Republika.co.id, Kamis (31/1).
Dia mengatakan, tingginya jumlah kasus DBD di Jakarta Selatan, dikarenakan kondisi kelembaban udara yang tinggi di wilayah tersebut. Lalu penyebab kedua, adalah wilayahnya yang luas dan juga memiliki jumlah penduduk yang banyak.
Menurut pemantauan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dua wilayah yang memiliki jumlah kasus DBD tertinggi tersebut, berada di kecamatan-kecamatan yang memiliki banyak lahan kebun kosong atau lahan luas. Contohnya, di wilayah Jakarta Selatan yaitu di Kecamatan Jagakarsa dan juga di Kecamatan Cipayung yang ada di Jakarta Timur.
“Di kedua kecamatan tadi memang cukup banyak terdapat area tanah-tanah atau kebun. Mungkin ini salah satu kecenderungannya,” jelas dia.
Sebab, menurutnya, tanah kosong atau tanah yang tidak berpenghuni akan menyulitkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Artinya, masyarakat dan juga pemerintah daerah kesulitan memastikan adanya sampah plastik atau kontainer-kontainer lainnya yang menjadi medium perkembangan jentik nyamuk.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap mewaspadai penyakit DBD, apalagi saat ini masih musim hujan. Masyarakat tetap diimbau untuk melakukan program PSN
Yaitu dengan 3M, yang terdiri atas menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Lalu, menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain-lain.
Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah.
Sementara, angka tertinggi kasus DBD selanjutnya yaitu Jakarta Barat dengan angka 197 kasus DBD lalu disusul Jakarta Utara dengan 44 kasus dan Jakarta Pusat dengan 31 kasus. Sehingga bila dijumlah secara keseluruhan per 29 Januari, ada sebanyak 722 kasus DBD di DKI Jakarta.
“Data ini berdasarkan laporan dari rumah sakit (RS) dan Puskesmas ke website surveilans Dinkes DKI setiap hari. Dan untuk penyakit-penyakit potensi KLB, termasuk DBD, kami dari Puskesmas harus turun ke rumah pasien untuk konfirmasi dan penyelidikan epidemiologi,” jelas Inda.
http://bit.ly/2DKEAlr
January 31, 2019 at 10:04PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2DKEAlr
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment