REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) akan menguji coba bus listrik buatan dalam negeri dari PT Mobil Anak Bangsa (MAB) dan produk asal Cina yakni BYD Auto Co Ltd. Selain menekan emisi efek gas rumah kaca, bus listrik juga diharapkan menekan biaya operasional dibandingkan menggunakan bahan bakar minyak dan gas.
"Dari studi-studi yang ada untuk operasional untuk jangka panjang, iya (menghemat)," ujar Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono saat dihubungi Republika.co.id, Senin (1/4).
Mengenai persentase besaran penghematan tersebut, Agung belum bisa memastikannya. Sebab, ada beberapa hal yang harus dilakukan termasuk uji coba bus listrik itu sendiri di atas aspal.
Menurutnya, PT Transjakarta akan menguji coba bus listrik sesuai nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani antara BYD, MAB, RAC-Danfoss, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam acara Busworld South East Asia 2019 di Jiexpo, Jakarta, Kamis (21/3) lalu.
"Kami menargetkan selambat lambatnya Juni. Kita inginkan Mei, tapi selambat lambatnya Juni setelah bulan puasa atau lebih baik di bulan puasa," ujar Agung di Balai Kota, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, uji coba harus dilakukan sebelum bus listrik mulai mengaspal secara resmi di jalanan ibu kota. Sebelum uji coba juga melalui beberapa tahapan sesuai regulasi yang ada dengan melengkapi berbagai dokumen.
Agung mengatakan, materi uji coba bus listrik itu meliputi kapasitas angkut penumpang, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, jam operasional, hingga daya tahan baterai sebagai sumber pemasok tenaga. Selain itu, uji coba itu juga untuk memastikan kesiapan infrastruktur pengisian daya, perawatan, dan bengkel.
Khusus untuk pengisian daya atau charging station saat ini baru terdapat dua mesin pengisian daya listrik salah satunya di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Agung pun belum bisa memastikan secara rinci kapan bus listrik akan mulai beroperasional.
Agung melanjutkan, pelaksanaan uji coba itu akan tergantung kesiapan operator yakni PT MAB dan BYD serta fasilitas pendukungnya. PT Transjakarta akan menjadi mitra dari kedua operator tersebut.
"Bus listrik ini bukan milik Transjakarta nanti ini yang akan dioperasikan oleh para operator, Transjakarta akan kemudian membayar layanan karena dengan ini kita memainkan peran yang memberikan kesempatan bagi para mitra," jelas Agung.
Menurut dia, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memproyeksikan bus listrik sebagai armada untuk Transjakarta melalui sejumlah kajian bus listrik itu sendiri. Sehingga, Agung belum dapat memastikan penggunaan bus-bus listrik sebagai armada sepenuhnya Transjakarta.
"Kami mendapatkan amanah dari Pak Gubernur untuk menentukan konversi secara bertahap bus yang kita miliki saat ini menuju bus listrik," kata Agung.
Sebab, kata dia, harus menyusul kepastian komponen seperti baterai, stasiun pengisian daya, hingga pemeliharaan. Komponen-komponen seperti baterai, motor listrik, dan pengendali (controller) juga masuk dalam kategori komponen berbiaya mahal karena pemenuhan kebutuhan berasal dari luar negeri.
Dalam uji coba itu, Transjakarta membuka kesempatan luas bagi perusahaan penyedia bus listrik selain perusahaan yang telah menandatangani MoU. Paling penting, dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan belum mengetahui, kapan armada bus Transjakarta bisa beralih seluruhnya ke bus listrik. Menurutnya, harus ada roadmap atau peta perencanaan terlebih dahulu.
Ia mengatakan, setelah uji coba bus listrik tersebut pihaknya baru akan mengetahui penghitungannya secara ekonomis. Ia menuturkan, sebelum bus Transjakarta beralih seluruhnya ke berbasis listrik.
"Ini baru diuji coba. Harapannya nanti setelah uji coba kita akan tau bagaimana secara ekonomisnya dan penghitungannya dari situ baru susun roadmap konversinya," kata Anies.
Ia melanjutkan, setelah penghitungan konversi itu dilakukan akan ada unsur nilai investasi dan perhitungan keuangan. Sehingga akan diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk beralih ke bus listrik.
"Tapi mendasar sekali bahwa pemerintah harus menjadi pihak pertama yang melakukan konversi dari kendaraan berbasis tenaga fosil menjadi tenaga yang ramah lingkungn, itu yang kita ingin lakukan," jelas Anies.
https://ift.tt/2HNVkeU
April 01, 2019 at 05:54PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2HNVkeU
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment