Monday, April 29, 2019

Sepanjang Hidupnya al-Jahiz Telah Menulis 200 Buku

Dari sekitar 200 buku, hanya sekitar 30 buku yang berhasil diselamatkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al Jahiz memulai kariernya sebagai penulis saat masih tinggal di Basra. Dia menulis sebuah esai tentang lembaga kekhalifahan yang mendapat sambutan baik dari penguasa di Baghdad.

Pada 816, ia memutuskan hijrah ke Baghdad. Tujuan utamanya adalah untuk menyambangi Bait al-Hikmah, sebuah pusat studi dan keilmuan terbesar di dunia saat itu. Di tempat itulah, ia berusaha mengembangkan kemampuannya.

Di ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ini, Al Jahiz mendapatkan kesempatan sangat luas untuk mengembangkan ilmu dan kariernya sebagai penulis berbagai bidang pengetahuan. Ia sangat gembira karena aktivitas dalam bidang keilmuan didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Berbagai fasilitas pun diberikan padanya.

Pemimpin Dinasti Abbasiyah kala itu, yakni Khalifah Al Makmun, sangat tertarik dengan Al Jahiz karena intelektualitasnya. Berangkat dari ketertarikannya itu, Al Makmun suatu kali mengundang Al Jahiz ke istana untuk mengajar putranya.

Namun belakangan, Al Jahiz urung mengajar sang putra Khalifah. Rupanya, putra Al Makmun takut dengan tatapan mata bulat sang calon gurunya. Dari sinilah, sang ilmuwan mendapat julukan Al Jahiz yang berarti si mata melotot.

Sepanjang kariernya, ia telah menulis lebih dari 200 buku. Sayangnya, perjalanan sejarah telah membuat banyak dari karya-karya emas itu hilang tak tentu rimbanya. Dari sekitar 200 buku, hanya sekitar 30 buku yang berhasil diselamatkan.

Beberapa bukunya, antara lain, The Art of Keeping One's Mouth Shut, Against Civil Servants, Arab Food, In Praise of Merchants,  Levity and Seriousness, dan kitab al Hayawan atau Book of Animals yang merupakan karya terpenting Al Jahiz.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2V3vpqL
April 29, 2019 at 05:34PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2V3vpqL
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment