Thursday, May 9, 2019

Caleg di Australia Unggah Video Bernada Islamophobia

Caleg di Wilayah Australia Utara ini membagikan video di akun Facebook-nya

Seorang calon legislatif dari Partai Liberal Negara (CLP) untuk daerah pemilihan Lingiari di Wilayah Utara Australia (NT), Jacinta Price mengunggah sebuah video dari komentator keturunan Suriah-Amerika yang menggambarkan budaya Islam sebagai "barbar" dan "primitif" di halaman Facebook pribadinya.

Unggahan kontroversial caleg CLP di Facebook:

  • Wafa Sultan membuat komentar tentang Islam dan Muslim dalam wawancaranya tahun 2014 dengan Al Jazeera
  • Dia mengklaim bahwa dunia melihat perselisihan antara "budaya Barat" dan "keterbelakangan dan ketidaktahuan kaum Muslim"
  • Seorang juru bicara Country Liberals mengatakan Jacinta Price membagikan video itu sebagai bagian dari kampanyenya "menentang penggunaan agama atau budaya untuk membenarkan kekerasan terhadap perempuan"

Calon legislatif (caleg) CLP itu membagikan video di akun Facebook-nya pada tahun 2014, tetapi tidak mengomentarinya atau mendukungnya.

Unggahan itu masih muncul secara publik di profil Facebook pribadinya, di mana Jacinta Price menggunakan nama Nampin MacGregor.

sebuah Video, yang mengklaim mengandung "kebenaran apa adanya tentang Islam", menampilkan Wafa Sultan - seorang psikolog - yang berbagi pandangannya tentang apa yang ia lihat sebagai sifat destruktif dari peradaban Islam.

Dalam video itu, Dr Sultan membandingkan bagaimana orang Yahudi dan Muslim menghadapi kesulitan, dengan mengatakan "hanya orang Muslim yang mempertahankan kepercayaan mereka dengan membakar gereja, membunuh orang dan menghancurkan kedutaan besar".

Dia juga mengklaim dunia sedang menyaksikan pertikaian antara "budaya Barat" dan "keterbelakangan dan ketidakpedulian kaum Muslim".

Video online tersebut berasal dari Lembaga Penelitian Media Timur Tengah (MEMRI) yang kontroversial, dan menampilkan cuplikan Dr Sultan berbicara kepada jaringan berita Al Jazeera.

Dr Sultan adalah tokoh yang memecah-belah, tetapi namanya masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di Time Magazine pada tahun 2006, ia digambarkan sebagai "gadis Islam nakal". Dia menyebut dirinya sebagai seorang Muslim yang tidak percaya pada Islam.

Presiden CLP Ron Kelly mengonfirmasi bahwa halaman Facebook itu milik Jacinta Price, dan dia membagikan videonya, tetapi dia tidak berkomentar lebih lanjut.

Jacinta Price telah dihubungi untuk memberikan komentar tetapi tidak menanggapi permintaan wawancara.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara CLP mengatakan: "Jacinta Price telah lama berkampanye menentang penggunaan agama atau budaya untuk membenarkan kekerasan terhadap perempuan dan ini adalah satu-satunya motivasi untuk berbagi wawancara Al Jazeera tentang Dr Sultan lima tahun lalu."

Kukuhkan 'pandangan membenci'

Dewan Imam Nasional Australia mengutuk video tersebut.

"Video itu jelas-jelas islamiofobik. Itu menjelekkan dan menjelekkan sekitar 1,6 miliar Muslim di seluruh dunia dan sepenuhnya menolak agama dan kepercayaan mereka," kata juru bicara Bilal Rauf dalam sebuah pernyataan.

"Itu dilakukan dengan cara yang menimbulkan kebencian terhadap Muslim dan Islam.

"Ini sangat memprihatinkan bahwa video seperti itu dibagikan oleh seorang caleg yang mencari jabatan publik dalam kapasitas perwakilan."

Rauf mengatakan video seperti itu bisa sangat merusak, ia merujuk pada pembunuhan massal 50 orang di masjid-masjid di Christchurch pada bulan Maret.

"Video dan materi seperti ini, yang menjelekkan dan menjelekkan Muslim Australia serta agama dan kepercayaan mereka, sangat berbahaya," katanya.

"Video semacam ini juga akan semakin meneguhkan mereka yang memiliki pandangan kebencian dan berpotensi mendorong mereka untuk bertindak berdasarkan pandangan itu untuk menyebabkan cedera dan bahaya."

Dia menyerukan saling menghormati dan peduli di seluruh masyarakat Australia yang beragam, dan menyerukan kepada mereka yang berada di posisi kepemimpinan dan di kantor publik "untuk tidak bertindak dengan cara yang berkontribusi terhadap perpecahan, kebencian dan fitnah dari setiap komunitas tertentu dalam masyarakat kita".

Menjelang Pemilu 18 Mei mendatang, jejak digital sejumlah politisi di Australia menjadi sorotan. Beberapa caleg yang kedapatan pernah mengunggah materi bernada anti Islam di media sosial mereka telah menuai kecaman dan mundur atau dibatalkan pencalonannya.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2HcHBNu
May 09, 2019 at 07:52PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2HcHBNu
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment