REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peternak unggas di seluruh Indonesia diimbau fokus memenuhi permintaan pasar. Mereka tidak perlu menghiraukan provokasi dan penggiringan isu yang merusak iklim produksi unggas yang pada akhirnya mengganggu proses produksi sehingga merugikan mereka sendiri.
“Harusnya kita sebagai pelaku usaha bersama-sama fokus membangun negeri ini, tidak ricuh sendiri-sendiri dan saling tuding yang justru membuat iklim usaha tidak kondusif”, ujar Ade M Zulkarnain selaku Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id pada Senin (26/11).
Himpuli menyayangkan keluarnya petisi ragunan yang dinilai merusak stabilitas peternakan. Petisi yang dihasilkan segelintir oknum pegiat peternakan itu di antaranya menyuarakan pemerintah yang tidak mempermasalahkan harga mahal dengan berbagai kebijakan. Sedangkan di hilir, harga disesuaikan dengan mekanisme pasar.
Pemerintah juga tidak fokus mengelola kebijakan pertanian di dua sisi tadi, sehingga dianggap menyulitkan dan membingungkan para peternak. Ade menegaskan petisi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Dari awal pihaknya tidak mengutus perwakilan untuk menandatangani aspirasi yang dinilainya sepihak.
Mereka ingin lebih fokus mengembangkan usahanya sekaligus menyukseskan program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) Kementerian Pertanian. Ia katakan bahwa sejak pertengahan tahun 2018 sampai saat ini, Himpuli bersama-sama dengan peternak unggas lokal fokus mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga miskin (RTM).
“Assosiasi kami sangat berterimakasih kepada upaya Kementan dalam meningkatkan pemberdayaan peternak lokal. Kami berharap unggas lokal dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yang memberikan kontribusi minimal 25 persen dari total produksi unggas nasional”, kata Ade.
Rofi Ketua PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) Blitar yang menyatakan bahwa perwakilannya tidak ada yang hadir dalam petisi Ragunan. “Kami peternak Blitar sudah bertahun-tahun mencari nafkah dengan usaha ternak ayam petelur, terima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian dan jajaranya yang selalu berusaha membantu peternak untuk terus hidup dan berkesempatan mencari nafkah serta membantu memajukan bangsa”, ujarnya.
Blitar merupakan basis terbesar produksi unggas dan produk turunannya di tingkat nasional. Sebanyak 4.321 keluarga di sana terlibat aktif dalam peternakan unggas layer (petelur). Di sana mereka memenuhi kebutuhan pakan unggas berupa jagung dan tanaman pangan lainnya secara mandiri dari pertanian lokal. Dari 7.600 ton produksi telur nasional, 40 persennya dihasilkan dari Jawa Timur. Paling besar berasal dari Kabupaten Blitar, tempat Rofi dan teman-temannya dari PPRN mengelola peternakan unggas.
Peternakan unggas di sana sudah dibangun secara masif sejak 1973 oleh pemerintah. Ketika itu ada tiga orang warga Blitar yang terlibat aktif membangun peternakan unggas: Siswoyo, Suyono, dan Masngut. Lambat laun mereka mengajak warga sekitar untuk ikut beternak unggas. Hasilnya mereka manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga taraf kehidupan mereka kian meningkat dari tahun ke tahun.
https://ift.tt/2QllPwf
November 26, 2018 at 07:15PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2QllPwf
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment