REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2007-2012 Sri Nuryanti menilai debat calon presiden-calon wakil presiden putaran pertama, Kamis (17/1) kemarin landai dan kurang gereget. Ada beberapa faktor, salah satunya adalah kebijakan KPU yang memberikan kisi-kisi soal.
"Hal-hal yang sifatnya lebih strategis, lebih berorientasi kebijakan, dan berpijak pada hal-hal yang riil, bisa diharapkan KPU bisa diakomodir di debat tetapi meski pertanyaannya sudah bisa diskenariokan, ternyata para capres dan cawapres belum menyinggung soal itu," katanya saat di diskusi bertema Panggung Dramaturgi Debat Capres, di Jakarta Pusat, Sabtu (19/1).
Baca juga, KPU Pastikan tak Ada Bocoran Soal untuk Debat Kedua.
Sebenarnya, kata Sri, KPU menyampaikan kisi-kisi soal ke capres-cawapres dengan harapan pasangan kandidat itu bisa menggali lebih dalam. Kandidat bisa mengupas hal-hal yang sifatnya lebih strategis, lebih orientasi kebijakan, dan berpijak pada hal-hal yang riil.
Tak hanya itu, ia membandingkan debat capres di Amerika Serikat dan Indonesia. Ia menilai durasi masing-masing debat capres Indonesia yang terlalu singkat. Ia menyebut pidato seorang capres hanya dibatasi 3-4 menit.
Tentu ini berbeda dengan capres di AS. Fakta itu, kata ia, membuat orang masuk ke ruang panik harus merangkai sedemikian rupa masalah yang dihadapi dalam waktu tiga menit.
"Padahal itu bukan hal mudah. Berbicara tiga menit jadi tantangan tersendiri untuk pasangan calon presiden dan cawapres untuk bisa meramu kata sedemikian rupa kata yang efektif dan banyak didengar," ujarnya.
http://bit.ly/2Dn6vrP
January 19, 2019 at 11:15PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Dn6vrP
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment