REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kapal-kapal nelayan Palestina di Jalur Gaza kembali ditembaki pasukan Israel, Sabtu (5/1) pagi waktu setempat. Tak ada korban luka atau tewas akibat kejadian tersebut.
Dilaporkan laman the Times of Israel, penembakan terhadap nelayan-nelayan Palestina diduga terjadi karena mereka melewati zona pencarian ikan yang telah ditetapkan Israel. Hal itu memang selalu menjadi alasan pasukan keamanan Israel untuk melepaskan tembakan ke arah kapal-kapal nelayan Palestina.
Israel memang sangat ketat memblokade wilayah perairan Gaza. Para nelayan hanya diizinkan mencari ikan dalam radius tiga mil dari bibir pantai. Ketetapan itu sangat menghambat para nelayan Palestina.
Tak sedikit dari mereka yang bertaruh nyawa dengan menerabas zona tersebut guna memperoleh ikan yang lebih banyak. Mereka mengambil konsekuensi ditembaki pasukan keamanan Israel.
Pada September tahun lalu, Bank Dunia telah menerbitkan laporan terbaru tentang kondisi perekonomian di Jalur Gaza. Bank Dunia menyebut, setelah diblokade selama lebih dari satu dekade, perekonomian di Gaza telah ambruk.
Menurut Bank Dunia, Gaza mengalami minus enam persen dalam pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2018. Sejak saat itu, terdapat indikasi tentang akan terjadinya kemerosotan lebih lanjut.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, salah satunya keputusan Otoritas Palestina memangkas dana sebesar 30 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk Gaza setiap bulannya. Kondisi kian diperburuk oleh pemotongan dana bantuan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). UNRWA diketahui tengah mengalami krisis pendanaan setelah AS memutuskan menangguhkan dan akhirnya menghentikan pendanaannya untuk lembaga itu.
Menurut Bank Dunia, kemerosotan ekonomi di Gaza tak dapat lagi ditopang dengan aliran dana bantuan asing yang berangsur menurun. Sektor swasta pun tak bisa memberikan kontribusi karena adanya pembatasan gerak terhadap akses pasar dan bahan-bahan utama.
Laporan Bank Dunia menekan perlunya pendekatan seimbang terhadap situasi di Gaza. Dibutuhkan kombinasi tanggapan krisis segera, dengan langkah-langkah langsung guna menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Adapun respons langsung tersebut antara lain memastikan kelanjutan dari layanan utama, seperti energi, air, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan mendesak lainnya adalah meningkatkan daya beli masyarakat guna memulihkan kegiatan perekonomian. Hal itu dapat dilakukan memperluas zona penangkapan ikan di luar batas tiga mil yang sangat ketat menuju 20 mil yang disepakati 1990-an.
http://bit.ly/2SAhdjC
January 05, 2019 at 04:27PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2SAhdjC
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment