REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Fikri Noor, Adinda Pryanka
JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution turut memberikan komentar atas fenomena penutupan sejumlah gerai ritel pada awal 2019. Menurut Darmin, selain perubahan dunia, hal itu terjadi akibat persaingan antara sesama bisnis ritel. Pemerintah menepis tudingan bahwa tutupnya gerai ritel karena turunnya daya beli konsumen.
"Dunia sedang berubah. Ada e-commerce. Kalau di kita itu khususnya ada fenomena yang namanya Indomaret, Alfamart," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, pada Jumat (18/1).
Menko Perekonomian menampik penutupan gerai ritel justru disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Darmin menegaskan, hal yang saat ini terjadi adalah perubahan pola belanja konsumen. Perubahan perilaku konsumen ini pun menuntut sejumlah bisnis ritel mengubah pola bisnisnya.
"Itu memang mengubah konstelasi. Mesti ada yang tersingkir. Ada persaingan antarritel," kata Darmin.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah gerai ritel tutup pada awal 2019. Gerai ritel tersebut, yakni Hero, Neo Soho Central, dan Metro. Penutupan terjadi tidak hanya di Ibu Kota, tetapi juga di daerah. Gerai ritel yang ditutup bervariasi mulai dari gerai sandang hingga pangan.
Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) I Gusti Ketut Astawa mengiyakan, ada dampak kehadiran ritel minimarket terhadap ritel besar. Selain lokasi yang lebih menjamur langsung di dekat permukiman warga yang berjarak dekat, minimarket cenderung menawarkan produk dengan harga lebih terjangkau.
Namun, Astawa menilai, butuh kajian lebih mendalam untuk memahami seberapa besar keterkaitan persaingan keduanya berdampak pada mematikan satu sama lain. "Tergantung juga pada potensi dan target pasarnya," kata dia, Jumat (18/1).
Aksesibilitas yang lebih mudah menjadi salah satu keunggulan utama minimarket. Menurut Astawa, ritel kecil di pinggir jalan lebih mudah dan nyaman dijangkau oleh siapa pun dibanding dengan harus mencari parkir di ritel besar yang kebanyakan berada di pusat perbelanjaan atau mal.
Keunggulan lain yang dimiliki minimarket adalah harga produk. Dengan varian produk yang tidak jauh berbeda dengan ritel besar, seperti Hero ataupun Giant, ritel-ritel minimarket menawarkan harga lebih murah. "Mereka juga kerap melakukan promo-promo," ujar Astawa.
PT Alfaria Trijaya atau Alfamart menyatakan hanya berupaya memberi pelayanan terbaik kepada konsumen. Manajer Humas Alfamart Budi Santoso mengatakan, berada dekat dengan konsumen bukan berarti melakukan perebutan konsumen operator ritel besar meski produk yang dijual merupakan produk serupa.
"Cuma kita memberikan offensive kepada konsumen bagaimana kita memberikan pelayanan," kata Budi, Jumat (18/1).
Ia menjelaskan, sebagai operator ritel, pihaknya berupaya melakukan berbagai strategi bisnis, termasuk jeli melihat pasar. Dan, bukan membiarkan gerainya mendekat ke perumahan begitu saja tanpa mengikuti aturan yang berlaku.
Pengamat perilaku publik Rhenald Kasali menilai, tutupnya sejumlah gerai ritel modern lebih dikarenakan daya dukung lingkungan yang berubah. Misal, gerai cabang A yang tadinya didukung oleh keberadaan perumahan ataupun jalan tertentu membuatnya cukup laris. Namun, perubahan besar yang terjadi di Jakarta membuat populasi di titik-titik tersebut berubah ataupun kesulitan akses.
Rhenald juga menilai, penutupan ritel modern bukan disebabkan penurunan tingkat konsumsi kalangan menengah seperti yang diduga beberapa waktu, termasuk yang terjadi dengan Hero pada beberapa waktu lalu. Sebab, gerai tersebut menyajikan kebutuhan pangan segar yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, pihak-pihak yang disebut ikut memicu bergugurannya ritel tersebut tak sepakat dijadikan kambing hitam tutupnya ritel fisik. Pihak perusahaan niaga daring Bukalapak, menekankan, tutupnya toko-toko ritel di Indonesia bukan karena keberadaan niaga daring.
"Sebetulnya, keberadaan e-commerce justru membuka peluang baru bagi bisnis-bisnis konvensional. Hal itu dengan terhubung melalui teknologi justru menambah peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas," ujar Corporate Communication Manager Bukalapak Evi Andarini, Kamis, (17/1) malam.
Contohnya, kata dia, kalau dulu sebuah toko terbatas pada pengunjung yang datang ke toko saja, sekarang dengan merambah ke daring akan semakin memperluas jangkauannya. "Mungkin pembeli-pembelinya bisa tidak hanya pelanggan-pelanggan lamanya, tapi bertambah, bahkan sampai antarpulau," ujar Evi.
Lebih lanjut, kata dia, kebutuhan masyarakat saat ini memang ingin lebih praktis. "Tidak bisa dimungkiri bahwa kebutuhan masyarakat untuk serbapraktis itu semakin meningkat, zaman tidak bisa dilawan, tapi bisa diajak berkawan," tutur Evi.
Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kemendag I Gusti Ketut Astawa menambahkan, kunci untuk bertahan di tengah persaingan ritel minimarket adalah memahami target pasar. Ritel besar harus mengetahui lokasi mana saja yang memang sesuai dengan sasaran pasar mereka. Pun, dengan produk yang dijual harus sesuai preferensi pasar mereka.
Selain itu, menurut dia, pengusaha harus melakukan inovasi secara terus-menerus, khususnya dengan memanfaatkan marketplace yang kini sudah semakin menjamur. Baru sebagian pelaku ritel modern yang telah masuk ke ranah daring.
BACA JUGA: Media Asing Cecar Yusril Soal Ba'asyir, Ini Jawabannya
Astawa menambahkan, pengusaha ritel tetap harus membuka toko luring di daerah-daerah yang memang sesuai dengan pangsa pasar mereka. "Kini, mereka harus mempertimbangkan untuk menawarkan strategi omnichannel, yaitu memadukan offline dan online," kata dia.
(iit septyaningsih/melisa riska putri)
http://bit.ly/2T4TIzm
January 19, 2019 at 07:53PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2T4TIzm
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment