REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Sulawesi Selatan merilis jumlah pengungsi korban banjir di sejumlah titik terdampak mencapai 9.328 jiwa. Jumlah tersebut tercatat dari total 2.841 Kepala Keluarga.
"Saat ini situasi banjir di sejumlah lokasi di Makassar terkendali dan kondisinya mulai normal kembali karena air terus menyusut," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Makassar, M Ilham Tofan, Rabu (30/1).
Kendati hujan masih turun Rabu pagi tadi dengan intensitas ringan-sedang, kata dia, tidak berpengaruh dengan debit air serta keadaannya masih dapat dikendalikan. Menurutnya, data pengungsi tersebut tersebar dari beberapa wilayah titik banjir musiman di lima kecamatan masing-masing Kecamatan Biringkanaya, Manggala, Panakkukang, Tamalanrea, dan Tamalate.
Mengenai penanganan pengungsi, Dinas Sosial bersama dengan Tagana serta PMI telah turun di sejumlah posko untuk memberikan bantuan. Dinas Sosial juga mendirikan dapur umum serta memberikan pelayanan kesehatan kepada korban banjir.
Terkait dengan penanganan banjir, pihaknya turun ke lokasi bencana didampingi tim dari kelurahan dan kecamatan setempat, mengingat petugas di kelurahan dan kecamatan mengetahui titik lokasi banjir di daerahnya. "Memang kita harus kerja sama saling bantu membantu dengan berkoordinasi tentunya baik pihak kecamatan maupun kelurahan. Selain itu sudah ada instruksi wali kota untuk stand by bila keadaan darurat," katanya.
Saat ditanyakan mengenai kondisi terakhir di Perumnas Antang Blok 8 dan 10 Kecamatan Manggala, kata dia, saat ini kondisi genangan air mulai surut, tetapi belum sepenuhnya karena di daerah itu ada beberapa rumah berada di daerah rendah. Sedangkan di kompleks Kodam 3 Kelurahan Katimbang, Kecamatan Biringkanaya, lokasi terparah di jalan Kotipa 10 dan 15 yang berdekatan dengan aliran anak sungai Nipa-nipa, air juga mulai surut.
Dia berpendapat, aliran air di anak sungai setempat yang berada di samping jalan Kotipa tersebut sebaiknya dikuras menggunakan mesin agar genangan air di lokasi banjir dapat mengalir. Dan akan lebih baik anak sungai di perlebar lalu dibuatkan tanggul permanen.
"Bila langkah itu dilakukan kemungkinan daerah ini akan tidak lagi seperti sekarang, minimal mengurangi dampaknya," ujarnya.
Sebelumnya, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyatakan Perumahan Nasional (Perumnas Antang) dan wilayah sekitarnya terendam banjir karena ada penyempitan dan sumbatan ke pembuangan air ke sungai Nipa-nipa yang tidak maksimal. "Genangan air dari wilayah perumnas dan sekitarnya yang seharusnya terbuang ke anak sungai Nipa-nipa tidak teraliri dengan maksimal. Bahkan pembuangan lebarnya hanya empat meter, sehingga terjadi pelambatan air masuk ke Sungai Tello," bebernya di Perumnas Antang, Makassar belum lama ini.
Pria disapa akrab Danny Pomanto ini menuturkan usai menyusuri lokasi penyumbatan air di Nipa-nipa menggunakan perahu karet, seharusnya pembuangan diperbesar agar air bisa mengalir ke sungai dan tidak tertumpuk di pemukiman warga. Selain itu, pemantauan langsung di lokasi Nipa-nipa dilakukanya untuk memastikan apakah penyebab utama sampai air tergenang termasuk menanggapi keluhan masyarakat atas bencana ini.
http://bit.ly/2MG3vtv
January 30, 2019 at 06:29PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2MG3vtv
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment