REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tingkat aktivitas Gunung Merapi memang masih berstatus waspada. Akan tetapi, guguran awan panas dan lava pijar diingatkan masih berpotensi menimbulkan terjadinya hujan abu ke sekitaran Merapi.
Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mendapati kubah lava saat ini dalam kondisi stabil. Laju pertumbuhannya disebut masih relatif rendah.
Namun, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso menekankan, radius tiga kilomoeter dari puncak Gunung Merapi agar tetap dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian. Sehubungan sudah terjadinya beberapa kali awan panas dengan jarak luncur yang semakin besar, masyarakat di sekitaran alur Kali Gendol diminta agar meningkatkan kewaspadaan.
"Guguran lava dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu, masyarakat di sekitar diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," kata Budi, Jumat (17/5).
Ia mengingatkan, masyarakat agar waspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan sekitar Gunung Merapi. Jika ada perubahan aktivitas yang signifikan, status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau.
Pengamatan BPPTKG selama 10-16 Mei 2019, secara visual cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi. Sedangkan, pada siang hingga malam hari cenderung mendung dan berkabut.
Asap berwarna putih, dan ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 100 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang pada 11 Mei 2019.
Analisis morfologi area kawah dari sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi yang signifikan. Volume kubah lava dari analisis foto udara drone per 4 Mei 2019 sebesar 458.000 meter kubik.
Sejak Januari 2019 volume kubah lava terhitung relatif tetap. Itu disebut lantaran sebagian besar ekstrusi magma langsung meluncur ke hulu Kali Gendol sebagai guguran lava maupun awan panas.
Selama Mei 2019, baru terjadi satu kali guguran awan panas dengan jarak luncur makimum 1.200 meter mengarah ke hulu Kali Gendol. Tapi, lava pijar masih sangat banyak terjadi setiap harinya.
Untuk kegempaan, tercatat satu kali gempa awan panas, enam gempa hembusan, tiga gempa vulkanik dangkal, 18 gempa fase banyak, 152 gempa guguran, 9 gempa low frekuensi dan 9 gempa tektonik.
Hujan sekitar terjadi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 9 milimeter per jam selama 58 menit. Itu terukur dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang pada 10 Mei 2019.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ujar Budi.
http://bit.ly/2W7536V
May 17, 2019 at 04:56PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2W7536V
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment