Saturday, May 25, 2019

Asredpel Republika Berbagi Teknik Menulis kepada Milenial

Poin penting yang harus diperhatikan saat menulis berita adalah tidak memasukan opini

REPUBLIKA.CO.ID, PASIRJAMBU -- Hari kedua kegiatan Pesantren Jurnalistik Republika di Kampung Pago, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, para peserta mulai mendapatkan materi pelatihan jurnalistik. Salah satunya dari Asisten Redaktur Pelaksana (Asredpel) Republika.co.id, Karta Raharja Ucu yang memberikan materi tentang teknik menulis.

Dalam pemaparannya, Karta menjelaskan tentang beberapa poin yang harus ada dalam sebuah berita. Sebelum itu, menurutnya, saat hendak wawancara untuk mendapatkan berita terlebih dahulu wartawan harus mengetahui apa yang akan ditanyakan kepada narasumber.

"Kalau wawancara saat liputan baik melalui telepon atau bertemu langsung (narsum), harus tahu apa yang akan ditanyakan," ujarnya kepada para peserta yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa, Sabtu (25/5).

Poin penting lainnya yang harus ada dalam berita, menurutnya, wartawan tidak boleh memasukkan opini ke berita. Namun harus berupa fakta. Selain itu, nilai berita yang tinggi akan membuat minat pembaca membaca besar.

Dalam sebuah berita, ia menuturkan diperlukan keberimbangan atau cover bothside. Dengan memasukkan narasumber dari berbagai pihak dan instansi terkait berita tersebut. "Jangan menurunkan berita yang tidak berimbang," katanya.

Penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres) kemarin yang membelah masyarakat Indonesia, dirinya, mencontohkan harus dibuat berita dari masing-masing pihak. Kemudian peran wartawan harus mendinginkan suasana dan tidak menjadi kompor.

"Unsur berita wajib (lainnya), 5 W dan 1 H. Apa, dimana, kapan, siapa, mengapa dan bagaimana," katanya. Dirinya mengatakan teknik menulis berita umum yang ada saat ini dengan piramida terbalik.

Menurutnya, lead pertama dalam paragraf awal merupakan bagian utama. Sedangkan badan berita berisi penjelasan dari lead termasuk latar belakang berita tersebut muncul.

Penjelasan yang disampaikan oleh pemateri disambut antusias oleh para peserta. Dimana, mereka banyak bertanya seputar teknik menulis dan bagaimana cara awal menulis. Termasuk salah seorang peserta Syifa Salamah (17 tahun) asal Margaasih, Kabupaten Bandung yang menanyakan tentang bagaimana mewawancarai narasumber yang menjadi korban kejahatan.

"Wawancara korban misal korban perkosaan. Kita nggak mungkin nanya langsung ketika posisinya stres, pakai naluri dan melihat situasi kapan bisa mewawancarai," ujar Karta.

Ia pun mengajak para peserta untuk lebih banyak membaca dan diskusi agar bisa menulis berita dengan baik. Termasuk memiliki jaringan agar mendapatkan informasi seputar peristiwa lebih cepat untuk dibuat berita. Selain itu, jika sudah membuat tulisan maka harus dicek ulang agar menghindari kesalahan.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2YQdq4x
May 25, 2019 at 01:50PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2YQdq4x
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment