REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Seiring dengan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Cina, bursa kerja di Hong Kong diperkirakan akan mendapat ‘pukulan’ berat dalam beberapa bulan mendatang. Menurut para rekruter di kota tersebut, perusahaan kini lebih enggan menerima karyawan baru. Mereka khawatir terhadap potensi kerugian laba yang ditimbulkan akibat babak baru perang tarif terhadap barang-barang Cina.
Dilansir di Business Times, Selasa (21/5), sektor utama yang kemungkinan paling terpengaruh adalah manufaktur, jasa pengangkutan dan ekspor. Apabila kedua negara melanjutkan pertengkaran mereka dan tidak mencapai gencatan senjata dalam beberapa bulan ke depan, sektor-sektor ini akan kehilangan sebagian besar kapitalisasi pasar mereka.
Saat ini, perusahaan terkait dengan pengangkutan barang retail melalui terminal peti kemas kota sudah merasakan dampak dari tarif yang dipungut. Sejumlah perusahaan di sektor ini sedang meninjau rencana rekrutmen masing-masing tahun ini dengan mempertimbangkan biaya tarif dalam menghitung proyeksi keuntungan mereka.
Di sisi lain, penyedia teknologi dan perusahaan jasa keuangan kemungkinan besar akan tetap tidak terpengaruh. Hal ini dikarenakan banyaknya insentif pemerintah dan ledakan investasi baru-baru ini dalam proyek pengembangan Greater Bay Area (Kawasan Teluk Besar).
Proyek tersebut menghubungkan Hong Kong, Makau dan kota-kota besar di daratan Cina ke pusat teknologi baru yang berhasil mendatangkan dana top-down utama dari pemerintah dan investor global. Proyek ini diperkirakan mampu mengmbangi dampak tarif terhadap perusahaan teknologi dan jasa keuangan karena banyak membutuhkan tenaga profesional dan terampil.
Direktur Layanan Rekrutmen dan Pencarian Eksekutif KPMG China Felix Lee mengatakan, secara umum, perusahaan akan terus meningkatkan kewaspadaan dalam membuat langkah investasi besar. Termasuk untuk melakukan rekrutmen dalam jumlah besar. "Ini adalah situasi yang sangat, sangat, diwaspadai," ujarnya, dilansir di South China Morning Post, Ahad (19/5).
Meski demikian, prospek untuk para pekerja pada sisa tahun ini masih tetap positif. Sebagian besar perusahaan di Hong Kong diprediksi tetap mendapat keuntungan. Hanya sedikit bisnis ekspor yang terkena dampak negatif dari tarif yang baru-baru ini diberlakukan.
Namun, apabila perang dagang terus berlanjut dan meningkat, pengaruhnya mungkin saja mengalir ke bisnis lain dan akhirnya ke konsumen. Ketika ini terjadi, bisnis di Hong Kong mungkin tidak memiliki pilihan lain, selain memperkecil proses rekrutmen mereka.
Kondisi ini juga dapat menghasilkan sejumlah langkah buruk pada manfaat karyawan seperti kenaikan gaji dan bonus. Tidak menutup kemungkinan, perusahaan dapat memilih untuk merekrut pegawai kontrak atau sementara dibandingkan merekrut tenaga kerja permanen.
http://bit.ly/2YFQiFW
May 21, 2019 at 04:54PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2YFQiFW
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment