REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Idris Taha
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW menjelaskan, Allah mengasihi orang yang berbicara lalu mendapat keuntungan, atau yang diam lalu selamat. "Lidah adalah sesuatu yang paling berkuasa atas manusia," tegas beliau.
Rasulullah SAW kemudian menambahkan, "Ketahuilah bahwa seorang hamba mendapat kejelekan dari lidahnya, kecuali berzikir kepada Allah, menyeru pada kebaikan, mencegah kemungkaran, atau mendamaikan di antara dua orang Mukmin (yang berselisih)."
Tak puas dengan keterangan Rasulullah itu, Mu'adz bin Jabal kemudian bertanya kepada beliau, "Ya Rasulullah, apakah kami disiksa karena apa yang kami ucapkan?"
Rasulullah menjawab, "Bukankah yang mencampakkan manusia ke dalam neraka adalah lidah-lidah mereka? Barangsiapa menghendaki keselamatan, maka jagalah ucapan lidahnya. Hendaklah ia menjaga apa yang dibisikkan hatinya pada lidahnya. Hendaklah ia berbuat baik dan memendekkan angan-angan."
Hadis Nabi SAW yang dikutip Ibnu 'Arabi dalam Wasiat-wasiat itu menjelaskan bahwa bahaya lidah amatlah besar. Tidak ada orang yang dapat selamat dari bahayanya kecuali dengan diam.
Artinya, lidah bisa menjerumuskan kita ke jurang yang sangat mencelakakan kehidupan, kalau kita tidak mampu menjaganya. Keselamatan kita di dunia dan akhirat tergantung bagaimana kita menjaga lidah yang tak bertulang itu.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin mengingatkan kita beberapa bahaya penyakit lidah. Antara lain, bertengkar, berdebat kusir, berbelit-belit, memaki, mencaci, membuat janji palsu, berdusta dalam ucapan dan sumpah, melaknat kepada binatang maupun kepada manusia.
Lalu menyebarkan rahasia orang lain, mengatakan sesuatu dan mengulang-ulang pembicaraan yang tidak ada manfaatnya sehingga menyia-nyiakan umur, menambah kata-kata yang tidak perlu, bersenda gurau yang menimbulkan pertengkaran, mengolok-ngolok, menghina, mengadu domba, dan memuji orang sehingga menimbulkan riya.
Kecuali itu, bergunjing (gibah) juga termasuk penyakit lidah yang sangat berbahaya. Nabi saw berkata, "Janganlah sekali-kali kamu bergunjing, sebab gunjingan lebih berat daripada perzinahan. Karena, jika seseorang berzina lalu bertobat, maka Allah mengampuninya. Sementara penggunjing tidak diampuni sebelum orang yang dipergunjingkan memaafkannya."
Dalam kehidupan sehari-hari, kiranya kita perlu mengingat wahyu Allah yang turun kepada Nabi Musa, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan bertobat dari gunjingan, maka ia adalah orang terakhir yang memasuki surga. Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan melakukan gunjingan, maka ia adalah orang pertama yang memasuki neraka." Semoga kita terhindar dari bahaya penyakit lidah.
http://bit.ly/2JUdsUP
May 21, 2019 at 05:23PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2JUdsUP
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment