REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Iblis berjumpa dengan Nabi Musa a.s. Ia berkata, "Hai Musa, engkau telah dipilih Allah SWT sebagai RasulNya dan Allah berbicara kepadamu dengan sebenar-benarnya pembicaraan. Aku bermaksud bertobat kepada Tuhanku. Tolonglah aku, mohonkan kepada Allah agar Dia mengampuniku."
"Baiklah," kata Musa a.s.
Ia pun bermunajat kepada Tuhan. Allah SWT menjawab doanya, "Hai Musa, Aku sudah memenuhi hajatmu." Ketika Musa bertemu lagi dengan Iblis, ia menyampaikan pesan Tuhan, "Engkau diperintahkan untuk bersujud kepada kuburan Adam, nanti Allah akan mengampuni kamu."
Mendengar itu, Iblis marah dan menampakkan ketakaburannya: "Aku tidak mau bersujud kepadanya ketika ia hidup. Mana mungkin aku bersujud kepadanya setelah ia mati." (Tafsir al-Durr al-Mantsur 1:125).
Al-Suyuthi mengutip Hadis ini ketika menjelaskan firman Allah: "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ''Sujudlah kamu kepada Adam.'' Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir." (QS: 2: 34).
Takabur, sepanjang sejarah, telah banyak menjatuhkan makhluk Tuhan. Iblis, menurut sebagian riwayat, semula rajin beribadat sehingga mempunyai kedudukan yang begitu dekat dengan para malaikat (bahkan dengan Tuhan). Ia jatuh akibat takabur. Takabur adalah induk segala dosa, sebab dari situlah lahir segala macam akhlak yang buruk.
Iblis merasa dirinya dan kelompoknya lebih baik dari Adam dan keturunannya. Iblis sebenarnya adalah peletak dasar ashabiyyah, fanatisme kelompok.
Karena ashabiyyah, orang membenci dan memusuhi sesama Muslim, merasa diri paling benar, merendahkan kelompok lain, menyimpan dendam kesumat dan kedengkian.
Karena ashabiyyah, ia menutup diri dari kebenaran, tidak mau mendengar nasihat; bahkan tidak jarang menyebarkan fitnah demi menjatuhkan orang-orang yang bukan kelompoknya. Orang begitu sebetulnya beriman kepada Iblis yang terkutuk.
http://bit.ly/2Emaa9o
May 21, 2019 at 05:02PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Emaa9o
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment