REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyinari kulit bisa menjadi tes baru untuk melihat apakah seseorang berada pada tahap awal diabetes dan penyakit jantung. Cara ini bisa menjadi langkah mudah untuk melihat kemungkinan penyakit sebelum memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
Pendekatan ini mungkin menawarkan cara skrining untuk kondisi kesehatan yang lebih cepat dan lebih mudah daripada metode saat ini. Untuk melakukan pemeriksaan dini, biasanya mencakup tes darah dan menilai faktor risiko seperti berat badan dan riwayat keluarga.
Metode yang dikembangkan ini berhasil karena glukosa dalam darah dan cairan tubuh lainnya dapat secara acak menempel ke banyak molekul protein yang berbeda di kulit dan jaringan lain. "Ini seperti lem," kata Bruce Wolffenbuttel dari Universitas Groningen di Belanda, dikutip dari New Scientist, Kamis (22/11).
Protein "glycated" atau dikenal sebagai produk akhir glikasi lanjut (AGEs) membuat jaringan lebih kaku, termasuk dinding pembuluh darah. Hal ini yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Akumulasi AGEs di jaringan terjadi secara alami seiring dengan bertambahnya usia. Namun, kondisi tersebut dapat dipercepat pada penderita diabetes atau mereka yang berada pada tahap awal kondisi atau yang belum didiagnosis.
Tingkat AGE dapat diukur dalam kulit karena mereka memantulkan cahaya fluorescent berbeda untuk non-protein glikat. Perangkat genggam kecil yang disebut pembaca AGE telah dikembangkan oleh perusahaan Belanda bernama Diagnoptics. Alat ini akan menyinari cahaya fluorescent ke kulit dan mendeteksi apa akan memantul kembali.
Tim Wolffenbuttel membuat tes AGE bagian dari penelitian besar selama 30 tahun di Belanda. Mereka memperhatikan kesehatan dan penyakit dalam penuaan. Bagian dari studi ini mengamati sekitar 70 ribu peserta yang bebas diabetes dan penyakit jantung sejak awal dan memiliki tes AGE.
Empat tahun kemudian, mereka yang memiliki nilai AGE yang tinggi di awal memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes atau penyakit jantung. Ini menunjukkan tes dapat digunakan dalam skrining populasi untuk kondisi ini, menurut Wolffenbuttel, mungkin dalam pengaturan non-medis seperti supermarket.
Tapi, perlu ada tindak lanjut lebih atas penemuan baru tersebut. Sebab, alat tes semacam itu harus banyak dilakukan uji coba lagi agar tidak menimbulkan bahaya. Mungkin ada risiko skrining misdiagnosis diabetes pada orang sehat yang dapat mendorong orang untuk minum obat yang dapat memiliki efek samping yang tidak menyenangkan.
https://ift.tt/2Qa4N4d
November 22, 2018 at 04:28PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Qa4N4d
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment