Saturday, January 5, 2019

Rasa Bosan Penting untuk Kreativitas

Kebosanan adalah pencarian stimulasi saraf yang tidak puas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalau sedang menunggu kecemerlangan untuk menyerang, cobalah untuk bosan dulu. Hasil itu didapat dari studi yang diterbitkan baru-baru dalam jurnal Academy of Management Discoveries.

Hasil studi itu menemukan kebosanan dapat memicu produktivitas dan kreativitas individu. Orang-orang yang telah melalui tugas yang memicu kebosanan secara sistematis seperti menyortir semangkuk kacang berdasarkan warna satu per satu kemudian berkinerja lebih baik pada tugas menghasilkan gagasan daripada rekan-rekan yang melakukan kegiatan yang menarik.

Orang-orang yang bosan mengungguli para seniman baik dalam hal kuantitas maupun kualitas ide. Temuan-temuan itu ditemukan oleh penelitian dosen psikologi senior di University of Central Lancashire di Inggris Sandi Mann.

Studi ini menunjukan mengapa bosan bisa menjadi hal yang baik untuk pikiran, imajinasi, dan produktivitas saat melakukannya dengan benar. Pada intinya, kebosanan adalah pencarian stimulasi saraf yang tidak puas.

"Jika kita tidak dapat menemukan itu, pikiran kita akan menciptakannya," ujar penulis The Upside of Downtime: Why Boredom Is Good, dikutip Time, Sabtu (5/1).

Banyak penelitian sebelumnya pun menguatkan anggapan tersebut. Kebosanan dapat memungkinkan kreativitas dan penyelesaian masalah dengan membiarkan pikiran berkelana dan melamun. 

"Tidak ada cara lain untuk mendapatkan rangsangan itu, jadi Anda harus masuk ke kepala Anda," kata Mann.

Di samping itu, melamun bisa menjadi cara untuk cukup beristirahat dan memberikan pelarian singkat dari kehidupan sehari-hari. Mann menjelaskan, cara itu bermanfaat untuk menjauh dari layar, bekerja, dan stresor lain yang cukup lama sehingga merasa bosan. 

Penelitian telah menunjukkan, misalnya, alat-alat modern termasuk email kantor, media sosial dan aplikasi kencan dapat mengganggu kesehatan mental. Istirahat dengan menjauh dari itu semua dapat menjadi kesempatan berharga untuk mengisi ulang.

“Kami mencoba untuk menggesek dan menggeser kebosanan, namun, dalam melakukan itu, kami sebenarnya membuat diri kami lebih rentan terhadap kebosanan, karena setiap kali kami mengeluarkan telepon, kami tidak membiarkan pikiran kami mengembara dan menyelesaikan masalah untuk masalah kebosanan," kata Mann.

Mann mengingatkan, penting untuk tidak mengacaukan kebosanan dengan relaksasi. Aktivitas yang tenang, seperti yoga atau meditasi, kemungkinan tidak memenuhi definisi mencoba dan gagal menemukan stimulasi.

Untuk memanfaatkan kebosanan yang sebenarnya, dia menyarankan untuk memilih aktivitas yang membutuhkan sedikit atau tanpa konsentrasi, seperti berjalan di rute yang biasa, berenang, atau bahkan hanya duduk dengan mata tertutup. Cara itu membiarkan pikiran mengembara, terlebih lagi ketika tanpa musik atau rangsangan untuk membimbingnya.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2CQvgfv
January 05, 2019 at 05:08PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2CQvgfv
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment