REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ghirah umat memang terus terasa. Subuh berjamaah menjadi salah satu momen yang menunjukkan tingginya ghirah umat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Shalat Subuh menjadi salah satu kewajiban umat Islam. Tapi, waktu pelaksanaan yang begitu pagi membuat masyarakat kadang memilih melaksanakannya di rumah masing-masing.
Namun, di DIY, geliat melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid terus menguat dengungnya. Di Masjid Jogokariyan, Kota Yogyakarta, misalnya, begitu ramai jamaah yang shalat Subuh berjamaah.
Bahkan, selama bertahun-tahun, Masjid Jogokariyan mampu menarik minat masyarakat untuk beramai-ramai shalat di masjid. Tidak cuma waktu-waktu luang, tapi untuk shalat Subuh.
Semangat itu tampak tersebar luas, tidak cuma di Kota Yogyakarta. Hari ini, banyak masjid-masjid yang mulai menunjukkan keramaian jamaah-jamaahnya ketika pelaksanaan shalat Subuh.
Di Kabupaten Gunungkidul, Rumah Zakat turut menggeliatkan gelora shalat Subuh berjamaah di masjid. Akhir April lalu, misal, shalat Subuh berjamaah dilakukan di Masjid Al Mustaqim.
Gerakan itu dilaksanakan Fasilitator Desa Berdaya di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Sejak tahun lalu, ini menjadi putaran ke-43 Gerakan Subuh Berjamaah digulirkan.
Fasilitator Rumah Zakat di Desa Pacarejo, Ratno Sunkowo menilai, gerakan ini memang bertujuan memakmurkan masjid. Dipilih waktu Subuh karena kebanyakan warga masih berada di rumah.
Bagi Ratno, sebenarnya tidak ada alasan warga untuk tidak menghadiri Subuh berjamaah. Kecuali, bila setan benar-benar telah membelenggu yang seharusnya bisa dikalahkan keteguhan iman manusia.
"Tinggal kita panitia dan takmir mengemas momen Subuh berjamaah bisa menarik warga, harus kreatif dan inovatif, sehingga warga mau mengikuti Subuh berjamaah," kata Ratno.
Seratusan warga sukses mengikuti Subuh berjamaah tersebut. Gelaran ditutup hadiah kejutan kepada 20 jamaah. Selain itu, diberikan paket alat kebersihan untuk masjid.
Terpisah, di Kabupaten Sleman, geliat Subuh berjamaah turut terlihat di Masjid Agung Sleman. Beberapa kali Pemkab Sleman menggelar kegiatan yang dimulai dengan Subuh berjamaah.
Untuk menarik jamaah, Subuh berjamaah dikaitkan kegiatan-kegiatan olah raga seperti senam atau lari pagi massal. Sukses, beragam agenda yang disiapkan membuat Subuh diikuti begitu ramai jamaah.
Belum lama ini, turut digelar Subuh berjamaah dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Sleman ke-103 Tahun. Pada kesempatan itu, hadir Bupati Sleman, Sri Purnomo dan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.
Dalam sambutannya, Sri Purnomo menyampaikan, Subuh berjamaah bisa menjadi pilar penting persatuan dan kesatuan. Bahkan, turut memperkuat upaya-upaya amar maruf nahi munkar.
"Kegiatan dapat diisi pengajian untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, kajian-kajian Alquran dan hadis, terlebih lagi dalam bulan Ramadhan pasti akan lebih semarak lagi," ujar Sri.
Subuh berjamaah dilanjut kegiatan jalan sehat bersama yang diisi pula pembagian hadiah kejutan kepada peserta. Serta, bantuan uang tali kasih kepada pengelola kebersihan Masjid Agung Sleman.
Baik di Masjid Al Mustaqim, Masjid Agung Sleman, maupun Masjid Jogokariyan, menjadi tiga contoh kecil geliat Subuh berjamaah di DIY. Sebab, banyak sudah masjid-masjid yang mampu meramaikan subuh.
Penekanannya, ada di kreativitas takmir dalam mengemas Subuh atau menggelorakan masjid sebagai pusat kegiatan. Sehingga, tidak cuma shalat, mereka memang nyaman datang ke masjid.
Geliat itu biasanya memang semakin terasa nanti ketika bulan suci Ramadhan. Tentu saja diharapkan bukan momentum Ramadhan yang membuat mereka datang ke masjid.
Tapi, keinginan besar untuk melaksanakan ibadah, dan meramaikan rumah Allah SWT. Sehingga, mimpi menjadikan masjid sebagai pusat peradaban benar-benar mampu diwujudkan.
http://bit.ly/2JavnXV
May 07, 2019 at 04:35PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2JavnXV
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment