REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebuah kafe di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyediakan mimbar tilawah Alquran selama bulan suci Ramadhan. Adapun pada bulan-bulan selain itu, panggung kecil yang jadi tempat mimbar tersebut digunakan untuk pertunjukan musik, tak jauh beda dengan kafe-kafe umumnya.
Kedai Kopi Pancing, demikian namanya, berlokasi di Jalan Pemuda, Gomong, Selaparang, Kota Mataram. Jaraknya tidak jauh--hanya sekira 1,3 kilometer--dari Islamic Center NTB. Selain itu, posisinya cukup strategis karena berada di sekitar Universitas Mataram (Unram), Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, dan pelbagai kampus lain. Tak heran bila kafe ini selalu ramai pengunjung. Pada hari-hari biasa, inilah salah satu tempat favorit di Mataram untuk anak-anak muda menongkrong.
Manager Kedai Kopi Pancing Ahmad Yayan menuturkan, kafe ini berdiri sejak lima tahun lalu. Awalnya, ide pendirian tempat ini sekadar untuk kumpul-kumpul para pemilik kedai yang gemar memancing ikan. Lama-kelamaan, bentuknya kian bertransformasi jadi kafe dengan nuansa milenial.
Tidak hanya itu, Kedai Kopi Pancing juga tampil dengan konsep alami dan mengedepankan kearifan lokal Lombok. Kesan itu tampak dari furnitur yang tersedia di sana, semisal kursi berbahan kayu hingga berugak (balai khas) masyarakat Lombok.
Daya tampungnya hingga 150 orang pengunjung. Soal kuliner, kafe ini tak kalah dengan yang lain-lain. Ada beragam sajian kopi khas Nusantara hingga makanan tradisional Lombok, seperti Ayam Pelalah hingga Plecing Kangkung.
Syiar Ramadhan
Menyambut Ramadhan, Yayan melanjutkan, Kedai Kopi Pancing baru kembali buka sejak Selasa (7/5) kemarin. Sebelumnya, kafe ini sempat tutup selama dua hari, yakni Ahad (5/6) dan Senin (6/6).
Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada seluruh karyawan yang hendak berpuasa atau berbuka dan shalat tarawih bersama keluarga.
Ya, nuansa Ramadhan begitu terasa di kafe ini. Selama bulan puasa, Kedai Kopi Pancing buka pada pukul 17.00 WITA. Berbeda dengan hari biasa, atmosfer kafe mulai diisi dengan musik-musik religi islami. Tidak hanya itu. Yayan mengatakan, pihaknya juga menyediakan makanan berbuka puasa secara gratis kepada para pengunjung. Menu wajibnya antara lain berupa kurma dan es kelapa.
Begitu selesai shalat Tarawih, mimbar Tilawah secara bergantian diisi para qari dan qariah untuk melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Menariknya, sang qari dan qariah dapat berasal dari para pengunjung kafe ini. Jadi, ada unsur kolaborasi.
"Untuk program mengaji selama Ramadhan, sudah kita lakukan sejak Ramadhan tahun lalu. Mungkin kita (kafe) pertama menggelar program mengaji di Lombok," ujar Yayan kepada Republika.co.id di Kedai Kopi Pancing, Mataram, kemarin malam.
Untuk mereka yang telah mengaji di atas panggung, pihaknya memberikan apresiasi berupa makanan dan minuman gratis. Ada pelbagai menu ditawarkan, seumpama satu porsi Ayam Pelalah hingga minuman teh dan kopi bagi para pengunjung yang mengaji itu.
Pihak kafe sendiri tak membatasi atau memberi syarat khusus tentang panjang bacaan Alquran bagi mereka yang hendak mengaji di atas panggung. Yayan mengumpamakan, mimbar tilawah itu seolah-ola ajang MTQ. Dengan begitu, ada unsur syiar Islam yang diberikan kepada seisi kafe.
"Kalau hari lain (di luar Ramadhan) ada live music, tapi selama Ramadhan, panggung itu khusus untuk mengaji. Siapapun yang datang dan mau mengaji, silakan," ucap Yayan.
Menikmati Kopi, Menyimak Tilawah
Yayan mengungkapkan, konsep mengaji di dalam kafe bertujuan memberi nuansa khas Ramadhan kepada para pengunjung. Toh baginya, mengaji tak mesti di rumah ibadah atau sekolah. Kafe atau tempat-tempat nongkrong juga bisa menjadi tempat membaca Alquran, asalkan kebersihan dan kesuciannya terjaga. Dia pun meyakinkan, Kedai Kopi Pancing menjamin dua hal itu.
"Orang sambil nongkrong dan ngopi juga bisa sambil menikmati suasana Ramadhan dengan mendengarkan lantunan ayat suci Alquran," ucap Yayan.
Pria itu menambahkan, Kedai Kopi Pancing sudah melakukan sosialisasi program mengaji sejak sebelum Ramadhan, antara lain via media sosial. Yayang pun mengaku senang melihat antusias pelanggan yang ingin mengaji di Kedai Kopi Pancing.
Di luar pengunjung, ada pula qari dan qariah yang diundang dari pelbagai pesantren di Lombok untuk mengaji di kafe ini."Bahkan, ada yang sudah pernah ikut MTQ untuk mengaji di sini," ujar Yayan dengan wajah berseri-seri.
Mendongkrak Wisata Halal
Karena sudah berpengalaman sejak tahun lalu, untuk Ramadhan kali ini ada perbaikan-perbaikan. Misalnya, mimbar Tilawah di kafe tersebut diperlebar agar bisa digunakan lebih banyak orang untuk mengaji secara berkelompok.
Yayan berharap gagasan program mengaji di Kedai Kopi Pancing dapat menjadi inspirasi bahkan diikuti kafe, restoran, dan tempat kuliner lain di Lombok. Menurut Yayan, program mengaji seperti ini selaras dengan branding wisata halal dan julukan Pulau Seribu Masjid yang diemban Lombok.
"Ramadhan temanya ya mengaji, enggak cocok kalau malah live music. Di Kedai Kopi Pancing, kami juga tidak menyediakan minuman beralkohol, baik saat Ramadhan atau bulan-bulan yang lainnya," ungkap Yayan.
Sejauh pengamatannya, banyak pengunjung yang merespons positif program mengaji di Kedai Kopi Pancing. Yayan pun berharap, mereka akan menilai kafe tak sekadar tempat menongkrong, tetapi juga dapat menawarkan suasana Ramadhan yang islami.
Ditanya terpisah, seorang pengunjung Kedai Kopi Pancing mengapresiasi program mengaji ini. Purna, warga Kota Mataram, menilai inisiatif Kedai Kopi Pancing untuk menyambut Ramadhan sangat bagus dan mendukung suasana islami di Lombok.
"Keren sekali, jarang-jarang ada kafe yang menggelar program mengaji seperti ini. Seolah-olah kita sedang mendengarkan MTQ," kata Purna.
http://bit.ly/2J7lwBT
May 08, 2019 at 07:19PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2J7lwBT
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment