REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis, perekonomian Indonesia akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Hanya saja, tidak dipungkiri sejumlah tantangan masih akan dihadapi pada 2019.
"Tantangan tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Meski prinsip saya mungkin kondisi makro, kondisi luar tidak kalah beratnya dengan tahun ini. Dari suku bunga dolar terus naik hingga waspada apakah harga minyak juga akan kembali naik," ujar Kepala BKPM Thomas Lembong dalam Market Outlook yang digelar Bank Mandiri, Rabu, (5/12) malam.
Ia pun bercerita, kondisi rupiah yang sempat menembus Rp 15 ribu per dolar AS seperti tahun ini sebenarnya pernah terjadi tiga tahun lalu. Pelemahan waktu itu disebabkan pelemahan tajam mata uang Cina. Saat itu, kata dia, pemerintah melakukan berbagai terobosan deregulasi. Dengan begitu secara perlahan rupiah mulai membaik.
"Rupiah pada 2016 baik dan terus menguat. Pada 2016 sampai 2017 terus menguat, investasi terus naik," kata Lembong.
Hanya saja menurutnya, ketika ekonomi membaik, momentum reformasi justru memudar. Alasan tersebut membuat ekonomi Indonesia tahun ini mengalami tekanan. "Pada 2017 awal ekonomi membaik terus, rupiah menguat, cadangan devisa naik terus. Maka saya wanti-wanti kalau nggak ada terobosan baru, kehilangan momentum, investasi akan turun," katanya.
Terbukti, kata dia, pada 2018 yang menandai empat tahun pemerintahan Jokowi-JK, investasi internasional menurun. Walau begitu, Thomas menilai kini semangat perbaikan telah muncul. "Itu membuat saya optimis di 2019," tuturnya.
https://ift.tt/2AXb9Kr
December 06, 2018 at 06:20PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2AXb9Kr
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment