REPUBLIKA.CO.ID, Kufiya merupakan salah satu busana warisan bangsa Arab. Sejarawan fesyen dari dunia Arab menyetujui beberapa fakta tentang sejarah kufiya.
Di antaranya adalah konsep 'iqal dan kufiya itu berasal dari Irak, kemudian kapas yang digunakan sebagian besar berasal dari Mesir, tapi juga ada yang dari anak benua India.
Selain itu, fakta sejarah kufiya pada awalnya juga hanya diproduksi menggunakan alat tenun terutama di Damaskus.
Kemudian, gerakan nasionalis Palestina pada 1960 juga membuat kufiya menjadi terkenal untuk pertama kalinya secara global.
Profesor Antropologi di University of Arkansas, Ted Swedenburg kembali menunjukkan pada 1920-an dan 1930-an, ketika oposisi Suriah dan Palestina terhadap kolonialisme Eropa memperoleh kekuatan, orang-orang perkotaan mulai mengenakan kufiya yang pada saat itu hanya berwarna hitam putih atau putih polos.
Seorang ahli Yordania dan kolektor pakaian tradisional, Widad Kawar menyatakan kufiya merah-putih memiliki asal-usul dari kalangan militer.
Pada 1930-an, Jenderal Inggris yang berbasis di Yordania John Bagot Glubb (juga dikenal sebagai Glubb Pasha) berusaha menciptakan hiasan kepala khas kufiya di antara orang-orang Arab yang setia kepada pemerintahan Inggris.
Kufiya merah-putih tersebut kebanyakan diproduksi di pabrik-pabrik kapas Inggris, dibuat dengan katun tebal, dan polanya lebih padat dari kufiya hitam-putih tradisional.
Mereka dengan cepat menjadi populer di kalangan pria di musim dingin. “Semua pria menyukai yang merah-putih,” kata Kawar.
“Glubb Pasha tidak bisa mengendalikan siapa yang memakainya. Orang-orang Suriah menyukainya, seperti juga orang Irak dan Saudi. Kufiya merah-putih menjadi penutup kepala standar untuk Pasukan Polisi Palestina kolonial Inggris, Pasukan Pertahanan Sudan dan Pasukan Arab Libya," jelasnya.
Pada 1960-an, kemudian kufiya hitam-putih menjadi identik dengan nasionalisme Palestina. Dengan demikian, Hirbawi Textile Factory sebagai pabrik kufiya terakhir di Palestina telah menjadi ikon yang sangat penting. Didirikan pada 1963 oleh Yasser Hirbawi, pabrik ini sekarang dijalankan oleh ketiga putranya.
“Ketika ayah saya mendirikan pabrik pada 1963, tidak ada pabrik pembuatan kufiya lain di Palestina,” kata Judeh Hirbawi, putra tertua Yasser.
Saat itu, semuanya masih dibuat di Damaskus. Pada 1963, kemudian Yasser membeli dua alat tenun mekanik Suzuki buatan Jepang, yang menghasilkan sekitar 300 kufiya sebulan. Kufiya yang diproduksi saat itu semuanya masih berwarna hitam dan putih.
Pada 1965 mereka mulai membuat kufiya dengan warna merah putih juga. Enam tahun kemudian, Hirbawi akhirnya memiliki enam mesin dan memproduksi sekitar 900 kufiya dari kedua jenis itu setiap bulannya.
Saat ini Hirbawi telah menghasilkan 42 desain warna yang berbeda, tetapi yang paling populer masih kufiya klasik hitam-putih, kemudian baru disusul oleh kufiya merah-putih.
Pada 2000, Hirbawi baru mulai mengekspor. Hari ini Hirbawi telah memiliki 14 alat tenun mekanik, sehingga produksi tahunan mereka kini sudah sekitar 60 ribu kufiya.
https://ift.tt/2CgLXAI
December 16, 2018 at 07:23PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2CgLXAI
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment