REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Ita Nina Winarsih, Haura Hafizhah, Lilis Sri Handayani
JAKARTA -- Harga telur ayam ras terus bergerak naik menjelang perayaan Natal dan tahun baru. Berdasarkan pantauan Republika di sejumlah daerah, harga telur naik secara bertahap setiap hari dalam beberapa pekan terakhir.
Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, harga telur ayam telah mencapai Rp 25 ribu per kilo gram (kg). Pedagang telur grosiran di Jl Industri Maracang, Kecamatan Babakan Cikao, Siti Mar yam, mengatakan, padahal harga telur sempat stabil di kisaran Rp 21 ribu per kg pada pekan ketiga November.
Akan tetapi, kata dia, harga telur terus meng alami kenaikan sejak dua pekan terakhir. "Bahkan, hampir setiap hari harga telur naik," kata Siti kepada Republika, Kamis (6/12).
Dia mengatakan, ada permintaan terhadap telur yang cukup tinggi dari masyarakat sehingga memicu kenaikan harga. Dalam sepekan, Siti mengaku mendapat kiriman telur dari Blitar sebanyak 15 karton. Satu karton berisi 20 kilogram telur. Telur sebanyak 300 kg itu ludes terjual dalam lima hari.
Mayoritas pelanggannya adalah pedagang camilan yang menggunakan olahan telur. Selain berjualan telur ayam, Siti juga menjual telur puyuh. Saat ini, harga telur puyuh mencapai Rp 35 ribu per kilogramnya. "Telur puyuh juga naik. Tadinya, hanya Rp 31 ribu, kini jadi Rp 35 ribu per kilogram," ujar Siti.
Udin, seorang pedagang telur ayam di Pasar Borobodur Ciledug, Sudimara Barat, Ciledug, Banten, menuturkan hal serupa dengan Siti. Dia mengatakan, harga telur naik setiap hari sejak dua pekan terakhir. Sebelumnya, harga telur masih berada pada kisaran Rp 22 ribu per kg.
Kini, harganya sudah naik men ja di Rp 27 ribu per kg. "Harganya naik secara berta hap. Sehari naik seribu (Rp 1.000 per kg), lama- lama jadi semahal ini," katanya saat berbincang de ngan Republika, kemarin.
Udin menambahkan, kenaik an harga sudah terjadi di agen telur yang ada di Tangerang. Ada kenaikan harga dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 24.500 per kg. Menurutnya, banyak konsumen yang mengeluh karena ke naik an harga.
Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kenaikan harga telur terjadi sejak sepekan terakhir. Pedagang telur, Rian, mengatakan, harga bertahap naik setiap hari dari awalnya Rp 19.500 per kg menjadi Rp 26 ribu per kg.
Dia menambahkan, kenaikan disebabkan kurangnya pasokan dari agen. "Kata agennya, peternak yang di Jawa Timur lagi kosong stoknya. Makanya, mungkin jadi mahal harga telur," ujarnya.
Menurut informasi yang ia dapat dari sesama pedagang, harga telur sudah naik di level peternak. Peternak menaikkan harga karena mahalnya pakan ayam. "Masih ada stok telur saya, tapi permintaan sedang banyak sekarang," ucap dia.
Harga telur ayam di pasar tradisional di Kabupaten Indra mayu juga semakin melambung. Kondisi itu membuat konsumen, terutama pedagang masakan, menjerit.
Di Pasar Baru Indramayu, Kamis (6/12), harga telur ayam saat ini ada di kisaran Rp 25.500– Rp 26 ribu per kilogram. Bahkan, di warung-warung pengecer, harga telur ayam sudah mencapai Rp 27 ribu per kilogram.
Harga itu naik dibandingkan Ahad (2/12). Saat itu, harga telur ayam mencapai Rp 24 ribu–Rp 25 ribu per kilogram. "Dalam sepekan ini harga telur naik dengan cepat," ujar Damin, seorang pedagang telur ayam di pasar tersebut.
Menurut Damin, harga telur mulai mengalami kenaikan secara bertahap dalam sebulan terakhir. Semula, harga telur di pasaran hanya di kisaran Rp 20 ribu per kilogram.
Damin mengatakan, kenaikan harga sudah terjadi di tingkat agen. Menurut informasi dari agennya, kenaikan harga itu sudah berasal dari peternaknya. Menurut dia, kenaikan harga telur ayam biasa terjadi setiap menjelang Natal dan tahun baru. Hal itu disebabkan tingginya permintaan menjelang dua momen tersebut.
Kenaikan harga telur ayam mulai berpengaruh terhadap omzet penjualannya. Para pelanggannya mengurangi pembelian, kecuali pelanggannya yang memang merupakan pedagang masakan. "Yang jelas mereka pada protes. Tapi, mau bagaimana lagi, kalau tidak ikut menaikkan harga, saya akan rugi," tutur Damin.
Salah seorang penjual masakan di Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Wati, menuturkan, kenaikan harga telur ayam sangat memberatkannya. Pasalnya, modal yang harus dikeluarkannya semakin besar.
Wati mengaku tidak memiliki pilihan lain kecuali menaikkan harga jual masakan telurnya. Sebab, telur tidak bisa diperkecil seperti halnya tempe saat harganya mengalami kenaikan. "Tapi, saya hanya bisa menaikkan harga sedikit supaya pelanggan tidak lari. Walau akibatnya, keuntungan saya jadi berkurang,'' kata Wati.
Bersambung ke halaman berikutnya..
https://ift.tt/2SzSiwm
December 07, 2018 at 03:07PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2SzSiwm
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment