REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) menggelar diskusi publik di kantor IBM, Jalan Mh Thamrin, Jakarta pada Sabtu (8/12). Diskusi tersebut membicarakan masalah bangsa. Di antaranya soal pendidikan dan jati diri bangsa di hadapan bangsa lain.
Ketua Umum IABIE Bimo Sasongko menyampaikan kehadiran lembaganya bertujuan melanjutkan cita-cita Presiden BJ Habibie. Sampai saat ini, sudah ada empat ribu anggota yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Ia menyatakan IABIE turut mendorong penguatan jati diri bangsa. Sehingga bangsa Indonesia tak akan lagi dianggap inferior.
"Ini cita-cita, teruskan misi Habibie soal kemandirian bangsa buat masyarakat. Supaya masyarakat PD (percaya diri) akan kemampuan otak kita," katanya dalam sambutan.
Salah satu pembicara dari In-Country Cluster Coordinator, Australia Indonesia Center, Dwi Yuliantoro mengakui salah satu penyebab belum majunya bangsa karena faktor pendidikan. Ia merasa minimnya kompetensi guru. Padahal gurulah yang menentukan penerus bangsa.
"Minimnya kompetensi SDM guru. Profesi guru dianggap batu loncatan atau iseng saja. Mereka andalkan pengalaman sebagai murid untuk jadi guru," ujarnya.
Ia menilai pemerintah Indonesia perlu membenahi sektor pendidikan bila ingin melakukan perubahan secara masif. "Pendidikan jadi bisnis paling repot. Nggak pernah terurus maksimal," keluhnya.
Diketahui, kegiatan diskusi tersebut dihadiri sekitar 30 orang. Dalam kegiatan itu turut diresmikan pula IABIE Center for Technology Empowerment (ICTE).
https://ift.tt/2L5wuWB
December 08, 2018 at 03:01PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2L5wuWB
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment